Suara.com - Dukungan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kepada Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) pada Pemilu Presiden 2024 mendatang dinilai bukan hal yang mengejutkan. Sebab Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dinilai memiliki historis yang panjang dengan PPP selama masa Orde Baru di bawah Rezim Otoriter Soeharto.
Menurut Pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Mikhael Raja Muda Bataona, justru kejutan besar sebenarnya terjadi jika PPP tidak dukung Ganjar Pranowo.
Ia mengemukakan, dalam sejarah politik masa Orde baru, keduanya memiliki DNA yang sama sebagai partai politik.
"Mengapa demikian? Karena PPP itu, sejak Orde Baru, sudah mempunyai semacam DNA sebagai oposisi dan antitesis kekuasaan Orde Baru dan Soeharto, yang demikian otoriter, absolut, dan militeristik. Karena itu, sejarah kedua partai ini, yaitu PDI Perjuangan dan PPP, adalah sebuah perekat yang sulit dilepaskan," kata Mikhael Bataona di Kupang, NTT seperti dikutip Antara pada Kamis (27/4/2023).
Baca Juga: Jejak Puan Jadi 'Panglima Tempur' Ganjar: Dimulai Sejak Pilgub, Kini Siap Menangkan di Pilpres
Ia mengemukakan, dukungan PPP kepada Ganjar merupakan penegasan ideologis sekaligus historis bahwa PPP dan PDIP selalu bisa beromunikasi terkait perbedaan-perbedaan untuk kemudian bekerja sama.
"Jadi, variabel kedekatan PPP dan PDI Perjuangan secara historis ideologis, sebagai antitesis kekuasaan Soeharto di masa Orde Baru itulah, yang membuat mereka sangat mudah mengambil keputusan untuk mendukung Ganjar," katanya.
Selain itu, hubungan kerja sama kedua partai tersebut sudah terjalin sangat mesra dalam konteks kepemimpinan nasional, yakni pada tahun 2001 hingga 2004, ketika Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan mantan ketua umum PPP Hamzah Haz menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
"Jadi, memang secara historis, kedekatan PPP dan PDI Perjuangan itu sangat kuat memberi pengaruh pada keputusan mendukung Ganjar; dan bahkan kantor kedua partai ini juga sangat dekat, sehingga secara psikologis mereka sangat dekat," katanya.
Lantaran itu, dukungan PPP pada Ganjar merupakan semacam nubuat politik yang menggenapi dirinya sendiri atau ramalan politik yang memenuhi karena memang sudah seperti itu jalan sejarahnya dengan melihat aspek historis.
Baca Juga: PPP Resmi Dukung Ganjar, Golkar Singgung Soal Etika Koalisi
Mikhael juga mengemukakan, hubungan kedua partai yang selama hampir 10 tahun bekerja sama dengan Presiden Joko Widodo juga cukup sinkron.
Selain itu, aspek ideologis dan psikologis, yaitu sejarah kedekatan kedua partai, memang sangat kuat. (Antara)