Fenomena Polarisasi Pilpres 2019 Akan Terulang Jika PDIP Gabung Koalisi 'Gemuk' KIB dan KIR

Rabu, 05 April 2023 | 15:49 WIB
Fenomena Polarisasi Pilpres 2019 Akan Terulang Jika PDIP Gabung Koalisi 'Gemuk' KIB dan KIR
Jokowi bersama para ketum parpol koalisi pemerintah di markas PAN, Minggu (2/4/2023). - Fenomena Polarisasi Pilpres 2019 Akan Terulang Jika PDIP Gabung Koalisi 'Gemuk' KIB dan KIR (Dok. Humas DPP PAN)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hasil rapat Jokowi dengan Koalisi Indonesia Raya dan Koalisi Indonesia Bersatu diprediksi akan terbentuk koalisi 'gemuk' untuk Pilpres 2024.

Dalam rapat yang digelar belum lama ini, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri absen menghadiri rapat.

Kepastian PDIP bergabung dengan koalisi besar tersebut juga belum dapat dipastikan.

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin memprediksi Pilpres 2024 tidak akan menarik apabila PDIP memutuskan bergabung dengan KIB dan KIR.

Baca Juga: Bikin Rakyat Kecewa Soal Piala Dunia U-20, Elektabilitas Ganjar Merosot ke Peringkat Tiga!

"Kalau PDIP bergabung enggak menarik kan cuma ada dua pasang. Koalisi besar plus PDIP dengan Koalisi Perubahan," kata Ujang.

Jika PDIP memutuskan bergabung, sudah dapat dipastikan hanya ada dua pasang calon presiden dan wakil presiden yang bertarung di Pilpres 2024.

Hal ini juga sudah pernah terjadi pada pemilu sebelumnya dan menyebabkan keterbelahan dukungan yang berkepanjangan.

Meskipun Pilpres sudah selesai, banyak deretan pihak merasa sakit hati dan tak menerima putusan. Akhirnya mereka terus menerus melancarkan serangan untuk pemerintah.

Agar fenomena serupa tak terjadi di Pilpres 2024 mendatang, Ujang menyarankan agar PDIP membuat poros baru atau mencalonkan capres dan cawapres sendiri.

Baca Juga: Jadi King Maker di Pilpres 2024, Tanda Kuat Jokowi Bakal Cabut dari PDIP?

Pasalnya, PDIP menjadi satu-satunya partai yang mengantongi tiket emas memenuhi aturan 20 persen presidential threshold.

"Pasangan capres dan cawapres harus banyak agar rakyat punya pilihan, tidak terjadi polarisasi seperti Pilpres 2019 lalu," ungkapnya.

Ujang meyakini koalisi besar sudah satu suara dengan Jokowi mengusung Prabowo Subianto menjadi capres.

Nama Ganjar Pranowo diprediksi sudah disingkirkan dari daftar pencalonan karena terang-terangan menentang Israel di Piala Dunia U-20 di Indonesia.

"Dari 3 besar elektabilitas tinggi hanya Prabowo yang ada di koalisi besar," tandasnya.

Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama Suara.com dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI