Secara historis, Bung Karno dulu tegas menolak segala bentuk penjajahan di dunia, termasuk aneksasi Israel terhadap tanah Palestina.
Sebenarnya, lanjut Ujang, politik antikolonialisme itu tak relevan dalam konteks olahraga. Tapi, PDIP memanfaatkan dukungan masyarakat terhadap kemerdekaan Palestina sebagai momentum menaikkan popularitas politik.
"Itu tidak masalah, namanya juga politik. PDIP sudah menghitung sejarah Bung Karno serta sikap umum masyarakat dalam konflik Israel – Palestina. Nah, momentum ini yang dimanfaatkan.”
Perlawanan PDIP
UJANG menilai, sikap Ganjar dan Koster juga bisa ditafsirkan sebagai upaya pembenahan citra PDIP di kalangan pemilih Muslim.
Selama ini, kata dia, PDIP kerap distempel sebagai partai anti-Islam. Dengan menolak kedatangan Timnas Israel, partai berlambang kepala banteng moncong putih itu hendak menegaskan perlawanan terhadap stigmatisasi tersebut.
Islam politik di Indonesia memang mempunyai spektrum berbeda-beda—yang secara umum bisa dikelompokkan menjadi fundamentalis, moderat, dan modernis.
Tapi, kesemua spektrum Islam politik itu bersepakat dalam satu hal: menentang penjajahan Israel terhadap Palestina.
PDIP, kata Ujang, memanfaatkan isu bersama berbagai spektrum Islam politik tersebut untuk menepis rumor sebagai partai anti-Islam.
Baca Juga: Jokowi Utus Ketum PSSI Erick Thohir Bertemu FIFA Cari Solusi Terbaik
Tak hanya itu, efeknya juga adalah pemilih Muslim akan ikut menilai PDIP tetap berani mengecam Israel meskipun sebagai partai koalisi pendukung Presiden Jokowi, yang menyokong Piala Dunia U20.