“Bung Karno tidak akan mengakui negara Israel sebelum memerdekakan Palestina,” tegas Hamka.
Meski didasari retorika antikolonialisme, sikap PDIP yang mengeras terhadap Timnas Israel itu diduga sebagai manuver untuk mendongkrak naik suara pemilih Muslim.
Demi ‘hattrick’
IBARAT berselancar di tengah ombak besar, PDIP dinilai menolak Timnas Israel demi meraih keuntungan elektoral di tengah sentimen publik terhadap negeri penjajah tanah Palestina.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah, mengatakan sikap penolakan dua gubernur PDIP terhadap Timnas Israel itu kental bernuansa politis.
"Ada kesan berbeda soal sikap politik PDIP. Selama ini mereka cenderung terbuka pada aspek relasi internasional,” kata Dedi kepada Suara.com, Selasa 28 Maret 2023.
Bahkan bila alasannya adalah meneruskan kampanye antikolonialisme Bung Karno, menurut Dedi penolakan itu tidak bijak.
“Kalau masalahnya soal pengakuan negara, cukup dengan mensyaratkan Timnas Israel tak boleh mengibarkan benderanya, itu saja,” kata dia.
Analis politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin mengatakan, terdapat irisan kepentingan antara menghidupkan garis politik antikolonialisme Bung Karno, dengan kebutuhan politik elektoral PDIP lewat dua kepala daerahnya.
Baca Juga: Jokowi Utus Ketum PSSI Erick Thohir Bertemu FIFA Cari Solusi Terbaik

“Saya melihatnya ini kepentingan elektoral. Ini momentum besar. Momentum hebat. Momentum dahsyat dilakukan PDIP untuk menggenjot elektoral, agar hattrick, menang tiga kali pemilu," kata Ujang kepada Suara.com.