Menurut Hashim, Prabowo lebih tepat maju sebagai capres karena memiliki pengalaman panjang dalam dunia politik di Indonesia.
"Saya kira sudah tidak mungkin kalau Pak Prabowo calon wakil presiden. Pak Prabowo jauh lebih senior, 15 tahun lebih tua, pengalamannya berbeda 'kan," ujarnya.
Meski begitu, Hashim menambahkan wacana Prabowo-Ganjar hanya bisa terlaksana dengan persetujuan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai mitra koalisi Gerindra dalam koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR).
"Kemungkinan itu terbuka kalau Pak Ganjar mau jadi. Akan tetapi, harus disetujui oleh PKB. 'Kan begitu, harus disetujui PKB, kami terbuka," tutur Hashim.
Sementara itu, Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar menegaskan, pihaknya tidak khawatir dengan kedekatan Prabowo Subianto dan Ganjar.
Kedekatan tokoh-tokoh nasional, lanjutnya, sangat penting untuk konsolidasi demokrasi agar semua proses politik berjalan dengan kondusif serta saling menghargai dan menghormati.
"Pertemuan Ganjar dengan Prabowo, masing-masing memiliki potensi untuk berkompetisi adalah pertemuan yang sangat positif," kata Muhaimin.
Cak Imin juga menegaskan bahwa koalisi KIR yang dibangun PKB dan Gerindra tetap solid dan terus bergerak. Sebab dalam koalisi telah dibuat komitmen bahwa keputusan siapa calon presiden dan calon wakil presiden yang diusung, akan dibahas oleh pimpinan partai.
"Kami sudah berkomitmen, keputusan akhir saya dan Bapak Prabowo," katanya.
Baca Juga: Cak Imin Ungkap Hubungan KIB dan Koalisi Gerindra-PKB Makin Mesra, Sinyal Bakal Bergabung?