"Dan jangan lupa ini semua partai pemerintah," kata Airlangga.
Sementara itu Muhaimin Iskandar atau Cak Imin merespons positif terbukanya peluang bersatunya dua koalisi.
"Sangat bagus. Semakin banyak barisan koalisi semakin efektif proses Pemilu, proses Pemilu semakin baik," kata Muhaimin.
Terpenting menurut Muhaimin dalam merajut kebersamaan di koalisi ialah menyamakan visi, target, dan tujuan.
"Itu yang paling penting. Jadi kita berharap partai-partai mari kita samakan visi, tujuan dan target sehingga kita betul-betul siap tidak mendadak dalam mengambil langkah-langkah strategis," ujarnya.
Sementara itu, Pengamat Politik dari Universitas Widya Mandira Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) Mikhael Rajamuda Bataona mengungkapkan, makna-makna simbolik yang direpresentasikan para pimpinan partai politik KIB dan KIR sejauh ini menunjukkan indikasi yang kuat.
Dalam narasi komunikasi politik yang muncul, mereka memiliki satu titik pijak yang sama, yaitu melawan pihak yang menolak melanjutkan visi kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Artinya, KIR dan KIB mempunyai situasi psikologis dan suasana kebatinan yang sama, yaitu menolak calon presiden yang menjadi antitesis Presiden Jokowi.
Menurutnya, bagi KIR maupun KIB, melanjutkan proyek pembangunan seperti Ibu Kota Negara (IKN), program hilirisasi bahan tambang seperti nikel, tembaga, program dana desa, pembangunan infrastruktur dan lainnya dalam rangka memperkuat perekonomian Indonesia adalah hal yang wajib.
Baca Juga: Cak Imin Ungkap Hubungan KIB dan Koalisi Gerindra-PKB Makin Mesra, Sinyal Bakal Bergabung?
Program-program tersebut merupakan kerja-kerja nyata Presiden Jokowi yang wajib dilanjutkan demi visi Indonesia hebat, sehingga bagi KIR, KIB maupun PDIP, taruhannya akan sangat mahal jika kepemimpinan berikutnya jatuh ke tangan kelompok yang menjadi anti tesis Presiden Jokowi.