Ia lebih tertarik apabila foto-foto calon legislatifnya bisa dilihat oleh para pemilih.
"(Pilih yang) terbuka. Mending yang ada fotonya," ucapnya.
Suara.com juga sempat menanyakan perihal serupa kepada mahasiswa. Salah satunya kepada Khalista, mahasiswi Universitas Bakrie.
"Setahu aku sependek pengetahuan aku kalau misalkan yang tertutup itu jadi kita hanya memilih partainya aja, ya, nggak sih? Jadi mereka yang menentukan," jelas Khalista.

Khalista mengaku lebih memilih sistem pemilu terbuka. Alasannya ialah agar para pemilih bisa mengetahui siapa calon legislatif yang dipilih oleh mereka.
"Yang terbuka dong, kalau misalkan tertutup kan kita nggak tahu calonnya siapa terus latar belakangnya gimana terus track recordnya gimana, jadi (pilih) yang terbuka," tuturnya.
Beragamnya pengetahuan pemilih pemula soal sistem pemilu terbuka maupun tertutup diwajarkan oleh legislator. Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Ace Hasan Syadzily menilai perlu ada sosialisasi seperti pendidikan politik bagi para pemilih pemula.
"Salah satu caranya tentu adalah menyampaikan kepada mereka bahwa proses untuk memilih wakil-wakilnya di DPR itu baik tingkat pusat maupun daerah ada beberapa sistem yang digunakan sebagaimana lazimnya sistem pemilu," terang Ace ketika ditemui Suara.com di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (18/1/2023).

Lebih lanjut, suara para pemilih pemula soal keinginan mereka kalau pemilih dilakukan secara terbuka juga diamini oleh Wakil Ketua MPR RI Syarief Hasan. Menurutnya, pemilu terbuka menjadi kesempatan pula para caleg untuk berinteraksi dengan pemilih mempromosikan visi dan misinya apabila terpilih nanti.
Baca Juga: Survei ARCI, Elektabilitas PDIP Gusur PKB di Puncak, Golkar Salip Gerindra
"Saya yakin mereka akan lebih memilih yang terbuka kenapa terbuka? Kalau terbuka itu kan caleg yang maju memberikan komitmennya kepada pemilihnya bisa berinteraksi sama pemilih, apa komitmennya bagaimana perjuangan dan bagaimana visinya ke depan," terang Syarief.