Suara.com - Analis politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Adi Suryadi Culla mengatakan bahwa membutuhkan waktu yang panjang untuk terus membahas Anies Baswedan dan koalisi.
Menurutnya, salah satu di antara PKS dan Demokrat harus mengalah. Kedua partai ini dinilai sulit mengalah karena keduanya memiliki nilai tawar politik. Masing-masing dari kedua parpol ini menganggap diri mereka harus diakomodasi.
Adi menilai Koalisi Perubahan idealnya mengusung cawapres dari luar tiga partai pengusung sebagai jalan tengahnya, seperti Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Lebih lanjut, Adi mengatakan kompromi bisa dilakukan dengan proyeksi "bagi-bagi kue" atau jabatan setelah Anies menjadi presiden sebagai kompensasi politik.
Baca Juga: PDIP Tegaskan Tak Sudi Bergabung Dengan Koalisi Perubahan: Kami Jelas Beda!
"Kalau itu tidak dilakukan, maka bisa-bisa malah bubar," lanjutnya.
Kendati demikian, langkah PKS untuk mendeklarasikan Anies sebagai capres dianggap suatu hal yang maju.
"Tapi kalau deklarasi saja tanpa kebulatan suara dari ketiga partai, maka tidak punya objektivitas politik juga," tuturnya.
Sementara itu, Analis Politik Universitas Islam Negeri Dato Karama Palu, Attock Suharto mengatakan bahwa posisi cawapres juga turut menambah amunisi keterpilihan.
"Terutama terkait proyeksi kemenangan dan yang pasti adalah menentukan cawapres tentu proyeksinya yang menguatkan dan menambah amunisi keterpilihan," ungkapnya.
Baca Juga: Tak Ada SBY di Antara AHY dan Surya Paloh, Deal-dealan NasDem dan Demokrat Belum Final?
Artinya, koalisi juga tidak boleh gegabah dalam menentukan cawapres. Terlebih, calon-calon lain juga belum ada yang benar-benar pasti.
Bicara mengenai pertemuan Surya Paloh dan AHY, menurutnya itu merupakan hal yang biasa.
"Sampai pada ambang batas pendaftaran capres dan cawapres, pertemuan demi pertemuan akan terus berlangsung, komunikasi politik akan terus mengalir dan bangunan koalisi akan terus dikokohkan," jelasnya.
Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama Suara.com dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.