Suara.com - Erick Thohir kian gesit mencari pijakan-pijakan buat batu loncatan untuk bisa menjadi calon wakil presiden 2024. Tidak cukup menjabat Menteri BUMN, Erick kini mencoba peruntungan lewat jabatan Ketua Umum PSSI.
ANAK emas Presiden Joko Widodo itu resmi menjabat Ketum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia atau PSSI usai mengantongi 64 suara dalam Kongres Luar Biasa atau KLB pada 16 Februari 2023. Ia mengalahkan pesaing lainnya yaitu Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti, Arif Putra Wicaksono, dan Doni Setiabudi.
Segudang pengalaman mentereng Erick di bidang olahraga memang tidak diragukan. Bahkan hal itu pula yang menjadi daya tarik Erick terpilih menjadi Ketum PSSI.
Tetapi di luar pengalaman, tentu ada motif politik yang diduga menjadi dalih Erick ikut bursa pencalonan Ketum PSSI. Seperti diketahui, Erick merupakan salah satu figur kuat sebagai kandidat calon wakil presiden 2024.
Karena itu, berbagai pihak beranggapan, kursi Ketum PSSI itu jadi batu loncatan bagi Erick. Pengamat politik Ujang Komarudin berpandangan, PSSI sengaja jadi tunggangan politik Erick jelang Pemilu 2024. "Saya melihatnya bahwa bisa jadi Pak Erick Thohir menjadi Ketum itu sebagai batu loncatan untuk bisa menjadi cawapres. Ada arah ke sana, ada indikasi ke sana dan itu menjadi sesuatu yang biasa saja. Hal yang lumrah dalam poltiik," kata Ujang dihubungi, Senin (20/2/2023).
Ujang menilai, bidang olahraga sebagai batu loncatan Erick tidak sebatas lewat kursi Ketum PSSI. Jauh sebelumnya, Erick pernah sukses membawa pentas olahraga tingkat Asia ketika menjadi Ketua Panitia Pelaksana Asian Games atau INASGOC 2018. Ketika itu Indonesia jadi tuan rumah.
Kesuksesan Erick itu membuat namanya dipercaya Jokowi menjadi Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) untuk pemenangan Jokowi-Ma'ruf pada Pilpres 2019. Di mana setelah menang, karier Erick di politik kian moncer. Ia diberikan jabatan sebagai Menteri BUMN.
Artinya olahraga sangat penting dalam dunia politik termasuk jabatan Ketua Umum PSSI. “Kita tahu PSSI itu membawahi induk sepak bola yan penggemarnya di republik ini sangat besar, sangat banyak," ujar Ujang.
Jumlah penggemar sepakbola yang sangat banyak itu kemudian bisa jadi bagi Erick sebagai peluang. Tentu dengan menjadi Ketum PSSI, sorotan terhadap Erick akan lebih banyak, terutama di kalangan pecinta sepakbola tanah air. "Karena semua panggung itu, ya semua kesempatan, siapapun ya akan menggunakannya termasuk Erick Thohir untuk bisa menjadi loncatan atau batu pijakan menjadi cawapres," terangnya.
Baca Juga: Menpora Zainuddin Amali Temui Presiden di Istana, Mau Undur Diri Jadi Menteri?
Seperti diketahui sebelum Ketum PSSI dijabat Erick, ada Edy Rahmayadi yang kini menjabat Gubernur Sumatra Utara. Sebelumnya Mochamad Iriawan atau Iwan Bule juga disebut-sebut akan mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Barat usai lepas jabatan sebagai Ketum PSSI.
Melihat fenomena itu, Ujang berpandangan, hal wajar apabila jabatan Ketum PSSI dijadikan sebagai batu pijakan bagi sejumlah tokoh untuk meraih jabatan yang lebih tinggi atau ditargetkan dikemudian hari. "Karena di situ ada peluang, kesempatan di PSSI. Ya apa boleh buat, kenapa tidak untuk bisa menjadi tapak atau loncatan," tuturnya.
Ujang bisa menilai Erick menjadikan jabatan Ketum PSSI sebagai batu loncatan lantaran ia melihat Erick yang sudah mulai bergerilya sebagai kandidat bakal cawapres.
Sebelum masuk di kalangan pecinta sepakbola lewat jabatan Ketum PSSI, Erick sudah lebih dulu masuk di kalangan Nahdlatul Ulama. Erick diketahui diangkat menjadi anggota kehormatan Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama atau Banser NU.
Belakangan Erick dipercaya menjadi Ketua Panitia Acara Peringatan 100 tahun atau Satu Abad NU. "Kita tahu NU pemilihnya juga banyak. Nah di situ lah saya melihat bahwa bisa saja Ketua Umum PSSI ini jadi batu loncatan Erick Thohir untuk bisa menjadi cawapres di 2024," kata Ujang.
PSSI Kendaraan Politik 2024
Komisi X DPR RI bakal ikut memantau kinerja Erick Thohir dalam memimpin Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Menurut Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda, pemantauan itu diperlukan guna memastikan Erick tidak menjadikan jabatannya untuk kendaraan politik menuju Pilpres 2024.
Huda mengatakan salah satu cara untuk melihat Erick terjebak dan menggunakan PSSI untuk kepentingan politik jangka pendek atau tidak ialah melihat kinerjanya dari waktu ke waktu. "Ya kita lihat day to day, apakah kebijakannya berbasis kepada transformasi pembaharuan pengelolaan sepakbola kita atau tidak. Ukurannya itu menurut saya," kata Huda di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (20/2).
Menjadi pemantauan juga, apakah kinerja Erick ke depan akan sama dengan para pendahulunya di kursi Ketum PSSI atau justru berbeda. "Kita lihat ke depan, apakah ada lompatan-lompatan atau terobosan-terobosan baru. Kita lihat saja nanti," ujar Huda.
Sebelumnya Huda mengingatkan Erick Thohir agar tidak menjadikan jabatan Ketua Umum PSSI sebagai alat kendaraan politik menuju Pilpres 2024. Bila itu terjadi, tentu akan berdampak besar terhahdap dunia sepakola tanah air. "Saya menyeru dan saya memberikan imbauan moral kepada Mas Erick Thohir, saya berharap sekali PSSI jangan terjebak jangka pendek, terutama kepada konteks kepentingan politik jangka pendek," tuturnya.
Huda mengatakan terlalu mahal harga yang harus dibayarkan apabila PSSI hanya digunakan untuk kepeningan politik jangka pendek. Apalagi publik sudah lama menanti perubahan di tubuh PSSI secara khusus dan umumnya untuk sepakbola Indonesia. "Saya meyakini ketika PSSI terjebak jangka pendek, tetutama pada kepentingan politik jangka pendek yang jadi korban menurut saya publik sepakbola kita. Saya kira perlu dihindari, apapun suasananya," kata Huda.
Karena itu, Huda berpandangan Erick Thohir perlu menahan hasratnya untuk menjadikan PSSI sebagai kendaraan politik apapun, termasuk terkait Pilpres 2024. Mengingat Erick merupakan salah satu kandidat calon wakil presiden. "Kepentingan apapun atau cita-cita apapun yang sedang ingin diraih oleh Mas Erick Thohir dalam jangka pendek ini, karena semua itu harus kita letakan," katanya.
Koordinator Save Out Soccer (SOS) Akmal Marhali menilai, selama ini sepak bola berdampak banyak bagi politisi secara individu. Namun sepak bola tidak mendapat hal yang signifikan terhadap apa yang sudah dikerjakan oleh para politisi. "Untuk politisinya berdampak besar, karena sepak bola ini mengandung unsur politik yang sangat seksi karena sepak bola itu kan penontonnya banyak. Dibanding cabang olahraga lain, sepakbola yang paling seksi," kata kepada Suara.com, Senin (20/2).
Akmal mengemukakan, Erick Thohir berpotensi mendompleng elektabilitasnya di kancah politik nasional setelah terpilih menjadi Ketua Umum PSSI. Terlebih untuk kepentingan Pemilihan Presiden 2024.
Tidak heran jika menjadi Ketua Umum PSSI, sangat menggiurkan sebagai batu loncatan. Termasuk Erick Thohir, terlebih namanya kini telah digadang-gadang sebagai bakal calon wakil presiden. "Kalau saya lihat sih, kemungkinan seperti itu. Ya artinya, dibuktikan saja nanti. Apakah bulan September beliau nanti nyalon jadi Cawapres," ungkapnya.
Terlepas dari hal itu, Akmal menilai Erick Thohir sebenarnya figur yang cocok sebagai Ketum PSSI apalagi dengan ide dan kematangannya di dunia sepakbola, ditambah power kekuasaan dan politiknya. "Cuma apakah bisa seorang Erick Thohir memajukan sepak bola Indonesia dengan ekosistem yang sangat kotor. Ditambah lagi tiba-tiba beliau naik ke politik buat nyawapres,” tuturnya.
Intervensi Pemerintah
Dua Menteri menjabat sebagai Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum PSSI. Mereka yaitu Menteri BUMN Erick Thohir dan Menpora Zainudin Amali.
Tak terelakkan, muncul anggapan publik bahwa pemerintah mengintervensi PSSI dengan masuknya dua anak buah Jokowi tersebut.
Erick Thohir membantah pemerintah intervensi PSSI. "Tapi yang benar bagaimana kita menyukseskan pembangunan sepak bola menyeluruh, justru kerja sama pemerintah dan PSSI serta masyarakat sepak bola ditingkatkan," kata Erick Thohir saat pertemuan antara jajaran pengurus dan Exco PSSI dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin.
Erick menyadari banyak pengembangan sepak bola yang perlu dilakukan untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Upaya pengembangan itu perlu mendapat dukungan pemerintah.
Pengembangan sepak bola nasional itu, kata Erick, antara lain pembangunan Tim Nasional Indonesia dan pembangunan fasilitas pelatihan serta pembinaan sepak bola. Untuk melakukan hal itu, Erick menegaskan PSSI tidak bisa bekerja sendirian.
"Tidak mungkin kita sendirian membangunnya, apalagi menata benchmarking dari banyak negara. Jadi, mohon Bapak Presiden, kehadiran hari ini tidak lain kami (PSSI) ingin memastikan bahwa kami ingin merajut kerja sama dengan pemerintah secara maksimal supaya kita bisa pastikan sepak bola punya peningkatan signifikan. Dan ini menjadi bagian komitmen dari kami," ujar Erick.
Klaim Didukung FIFA
Erick Thohir menyebut bahwa dukungan organisasi induk sepak bola dunia, FIFA, menjadi bukti bahwa pemerintah tidak melakukan intervensi terhadap sepak bola nasional.
Erick menjelaskan bahwa usai dirinya resmi terpilih sebagai Ketum PSSI 2023-2027, Presiden FIFA Gianni Infantino mengirimkan surat yang berisi ucapan selamat dan dukungan kepadanya.
"Kalau intervensi, saya rasa kemarin habis saya dipilih, FIFA langsung nge-banned, kok malah dapat surat. Di dalam surat Presiden FIFA itu secara pribadi, ini kata-kata yang luar biasa yang saya rasa pasti rekan-rekan Exco (PSSI) tidak pernah mendapatkan surat seperti ini. Ini secara pribadi mendukung," kata Erick di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin.
Menurut Erick, ada kedekatan moral dari FIFA untuk bersama-sama membuat perubahan sepak bola dunia, termasuk Indonesia melalui PSSI.
Erick yang menjabat sebagai Menteri BUMN itu menegaskan bahwa terpilihnya ia sebagai Ketum PSSI merupakan sebuah kerja sama dan dukungan dari pemerintah terhadap sepak bola nasional. "Kalau intervensi itu memaksakan kehendak pemerintah. Contoh misalnya semua wakil pemerintah, kepengurusan ini dipaksakan tidak sesuai statuta, tidak. Ini kolaborasi antara komunitas, kami yang memang pecinta olahraga," klaimnya.
Erick menegaskan bahwa dirinya bukan orang baru di organisasi sepak bola tanah air. Dia tercatat pernah menjadi Wakil Komisaris Utama PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) pada tahun 2009-2019.
Selain itu, ia juga menjabat Direktur Keuangan Persija Jakarta pada 2000, bahkan salah satu pemilik saham Persis Solo sejak 2021. Ia juga merupakan mantan Presiden Klub Inter Milan.