“Dalam pengalaman beberapa kali Pemilu sejak 1999, ada kecenderungan calon presiden dari partai-partai nasionalis mengambil wakil dari kelompok Islam, terutama NU,” kata Saiful dalam keterangan resmi yang diterima, Kamis (16/2/2023).
Berdasarkan survei SMRC, tokoh NU yang meraih elektabilitas tertinggi yakni Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Lalu posisi kedua ada Menko Polhukam Mahfud MD yang diikuti Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Saiful melanjutkan bahwa partai politik tidak cuma mempertimbangkan tokoh NU, tetapi juga tokoh di luar partai yang sudah senior. Syaratnya, biasanya tokoh tersebut dipandang kharismatik dan berpengaruh, seperti Mahfud MD.
Survei ini juga memasukkan nama mantan Ketua Umum PBNU Said Aqil Sirodj dan Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf.
“Pertama adalah Muhaimin Iskandar karena merupakan ketua partai dengan basis massa NU, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Nama Mahfud MD, menurut Saiful, juga penting dimasukkan karena merupakan menteri senior di Pemerintahan Jokowi," papar Saiful.
"Mahfud juga memiliki karier politik yang cukup panjang dan pernah aktif di PKB pada masa Gus Dur. Sementara Khofifah, selain sebagai Gubernur Jawa Timur, juga aktif di PKB zaman Gus Dur," lanjut bunyi rilis SMRC.
Dalam survei ini, Cak Imin berhasil mendapatkan elektabilitas sebesar 18,2 persen, beda tipis dengan Mahfud MD yang 18 persen. Kemudian disusul Khofifah 15,4 persen, Said Aqil 2,9 persen dan Yahya Cholil Staquf 2,6 persen.
Saiful menjelaskan bahwa tiga nama teratas, Cak Imin, Mahfud MD dan Khofifah memiliki dukungan masyarakat yang seimbang. Ini karena tiga nama itu dinilai memiliki tingkat kedekatan yang sama dengan pemilih.
Baca Juga: Daya Tariknya Tak Main-main, Khofifah Bakal Jadi 'Rebutan' untuk Posisi Cawapres