Suara.com - Pengamat politik Citra Institute Yusak Farchan menilai bahwa Partai Golkar menarik dikunjungi oleh partai politik lain karena berpengalaman. Hal itu menyusul dengan manuver sejumlah parpol yang rajin berkunjung ke Partai Golkar, seperti NasDem, PKS, dan PKB.
"Sebagai partai papan atas, Golkar tentu sarat pengalaman sehingga menjadi sentrum bagi partai lain untuk bertukar pikiran dalam merajut visi kebangsaan ke depan," ujarnya pada Kamis (9/2/2023).
Selain itu, komunikasi politik Partai Golkar juga dinilai menjadi lebih baik di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto.
"Banyaknya kunjungan ke Partai Golkar juga menandai keluwesan Pak Airlangga dalam membangun komunikasi politik dengan parpol lain. Contohnya, inisiasi Golkar menolak sistem proporsional tertutup bersama tujuh partai lain, menunjukkan kemampuan Golkar," lanjutnya.
Baca Juga: Fans Anies Baswedan Sebut Pendukung Sistem Proporsional Tertutup adalah Parpol Feodal, PDIP?
Beberapa waktu lalu, Airlangga menjadi inisiator delapan parpol yang menolak sistem pemilu proporsional tertutup.
"Tentu ini sangat positif bagi upaya rekonsolidasi demokrasi di Indonesia," ungkap Yusak.
Meski kini tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), Golkar tetap membuka komunikasi dengan partai-partai lain.
Bahkan, kunjungan parpol ke Golkar untuk menjalin silaturahmi politik itu dinilai bisa menjaga situasi nasional tetap kondusif.
"Golkar sangat luwes dalam membangun komunikasi politiknya bersama poros-poros koalisi lain yang ada. Tentu ini menjadi energi positif untuk menghindari adanya ketegangan dan turbulensi atas blok-blok politik yang ada," jelasnya.
Baca Juga: 'Kinerjanya Jauh Lebih Baik' Airlangga Dinilai Layak Diusung Jadi Capres dari KIB
Lebih lanjut, Golkar juga dikabarkan akan kedatangan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Peneliti senior dari Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP-BRIN) Firman Noor menyebut silaturahmi yang terjadi antara elite parpol belakangan ini sebagai upaya untuk mengonsolidasikan kekondusifan situasi menjelang Pemilu 2024.
"Saya kira masih berkaitan dengan kepentingan elite-elite untuk mengondisikan situasi agar lebih kondusif," katanya.
Pertemuan tersebut juga bisa dipandang sebagai upaya konsolidasi untuk melaksanakanjadwal pemilu sesuai dengan ketentuan dan dukungan pada sistem pemilu proporsional terbuka.
"Tidak ada sesuatu yang menyimpang dari kepentingan mereka pada umumnya, untuk menjalankan pemilu dengan proporsional terbuka, terus tetap terjadinya pemilu (sesuai jadwal). Itu saya kira agenda untuk terus terkonsolidasikan. Karena tetap ada kekuatan-kekuatan yang tidak menginginkan itu," tutupnya.
Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama Suara.com dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.