Deal Politik, Satu Jam Obrolan Khusus Jokowi dan Surya Paloh di Istana Merdeka

Rabu, 01 Februari 2023 | 09:27 WIB
Deal Politik, Satu Jam Obrolan Khusus Jokowi dan Surya Paloh di Istana Merdeka
Ilustrasi--Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. (Antara/Aditya Pradana Putra/hp)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PERTEMUAN Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum partai NasDem Surya Paloh di Istana Kepresidenan Jakarta pada Kamis pekan lalu santer dibicarakan. Pertemuan mereka mendadak berlangsung di tengah isu reshuffle kabinet.

Pertemuan Jokowi dan Surya masih menyisakan teka teki, deal-deal apa yang dibicarakan. Pasalnya hubungan mereka sempat renggang pasca NasDem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) 2024 pada awal Oktober tahun lalu.

Lantas apa untungnya pertemuan kedua elite politik itu bagi publik?

Pengamat politik Universitas Andalas, Asrinaldi berpandangan pertemuan Jokowi dan Surya itu cenderung untuk kepentingan kekuasaan. Mengingat dalam tiga bulan terakhir hubungan mereka retak, terlihat dari absennya Jokowi dalam HUT partai Nasdem beberapa waktu lalu. Dibalas Surya yang juga tak mau hadir di pernikahan putra bungsu Presiden, Kaesang Pangarep.

Baca Juga: Soal Perjanjian Politik Prabowo-Anies, Demokrat: Anies Komit Dengan Janji, Lihat Saja Di Jakarta

Pertemuan di Istana itu ada dua kemungkinan, pertama Jokowi ingin memastikan posisi NasDem dalam partai koalisi pendukung pemerintah. Untuk kelanjutan NasDem di koalisi, disinyalir ada deal yang disepakati antar keduanya.

Kedua, membahas mengenai masa depan politik Jokowi dan keluarganya. Mengingat Jokowi bukan ketua partai, sehingga tidak punya kendali partai, walaupun memiliki pengaruh dalam politik kekuasaan.

Sedangkan Surya Paloh merupakan ketua umum partai dan memiliki kursi di parlemen. “Barangkali untuk menyepakati itu. Terkait dengan keberlanjutan masa depan Nasdem di koalisi dan juga bisa jadi ada deal lain terkait dengan bagaimana akhir dari kekuasaan Pak Jokowi,” kata Arsinaldi dalam perbincangan dengan Suara.com, Senin (30/1) lalu.

Selain itu, kemungkinan Jokowi juga membahas soal putra sulungnya maju pemilihan gubernur DKI Jakarta atau Jawa Tengah dengan Surya Paloh. Sebab, masa jabatan Jokowi berakhir Oktober 2024, sedangkan Pilkada serentak berlansung sebulan setelah itu, yaitu November 2024.

Artinya saat Pilkada nanti, Jokowi sudah tak berkuasa lagi. Sehingga ia harus memastikan sejak dini dukungan elite parpol terhadap anaknya dalam Pilkada nanti. “Ketika beliau tidak menjabat tentu dengan kepemimpinan presiden baru, apalagi kalau bukan yang dijagokan itu menang, akan sulit juga untuk pak Jokowi,” tuturnya.

Baca Juga: CEK FAKTA: Atribut dan Baliho Anies Baswedan Dibakar

Bagaimanapun, menurut Arsinaldi, Jokowi yang tengah berkuasa, penting baginya untuk menjaga kekuasaannya. Baik dijaga oleh orang kepercayaan atau keluarganya.

Sehingga saat sudah lengser nanti, berada di luar kekuasaan, ada anak-anak dan menantunya yang berkuasa sebagai kepala daerah. Gibran Rakabuming Raka, Bobby Nasution dan Kaesang Pangarep. “Bagaimana masa depan kekuasaan setelah Jokowi tidak lagi menjadi Presiden. Bisa jadi itu juga dibicarakan,” katanya.

Soal Dukung Mendukung

Pertemuan Jokowi dengan Surya terjadi setelah sebelumnya Ketua Umum Nasdem itu bertemu dengan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhur Binsar Pandjaitan di London, Inggris beberapa waktu lalu. Disinyalir, Luhut berperan memecah kebuntuan hubungan Jokowi dengan Surya pasca deklarasi Anies Baswedan.

Lalu setelah pertemuan dengan Luhut tersebut, Surya Paloh pun memerintahkan kader-kader NasDem di DPR RI untuk mendukung semua kebijakan-kebijakan Presiden Jokowi.

Pengamat politik Ujang Komarudin berpendapat, dalam pertemuan itu Jokowi ingin memastikan kembali komitmen Nasdem mendukung pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin. Kemudian juga membahas reshuffle kabinet. “Bisa jadi Surya Paloh menyerahkan ke Jokowi soal reshuffle, itu hak prerogratif. Atau juga meminta agar jangan direshuffle,” ujar Ujang. 

Menurutnya, keretakan hubungan keduanya lantaran perbedaan dalam memilih capres 2024. Bahkan selama tiga bulan terakhir mereka tidak berkomunikasi. Surya Paloh mendukung Anies Baswedan sebagai capres bahkan telah deklarasi, sedangkan Jokowi mendukung Ganjar Pranowo. “Dan saat ini pasca pertemuan Luhut, Surya Paloh akhirnya bertemu dengan Jokowi kembali untuk, kelihatannya sama-sama menyamakan persepsi terkait dukung mendukung atau soal pencapresan,” katanya.

Petinggi NasDem Temui Gerindra-PKB

Di hari yang sama saat Surya Paloh ke Istana Jakarta bertemu Jokowi, jajaran petinggi NasDem juga bertandang ke Sekretariat Bersama Gerindra-PKB. Manuver politik NasDem itu mengejutkan banyak pihak.

Kamis, 26 Januari menjadi hari paling sibuk bagi partai NasDem. Terlihat Wakil Ketua DPP Partai NasDem Ahmad Ali, Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya hingga Fauzi Amro menyambangi Sekber Gerindra-PKB di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. "Kami hanya mau minum kopi enak, hehe," ujar Ali berseloroh kepada wartawan di lokasi.

Meski Partai NasDem mengaku tetap setia dengan Koalisi Perubahan yang mendukung Anies Baswedan di Pilpres 2024, namun mereka juga tidak menampik menyiapkan alternatif untuk membuat koalisi di luar PKS dan Demokrat. 

Alternatif itu, bakal dilakukan jika dalam penjajakan koalisi sebelumnya terlalu banyak persyaratan yang tak bisa terpenuhi. "Nah, itu yang sebenarnya NasDem lihat. Ketika kemudian ini terhambat dengan persyaratan yang tidak mungkin kami penuhi, tentunya kami harus punya alternatif-alternatif," kata Ali.

Di hari yang sama, Surya Paloh dipanggil Jokowi ke Istana Kepresidenan, Jakarta. Bendahara Umum DPP Partai NasDem Ahmad Sahroni membenarkan pertemuan tersebut. "Beliau (Surya Paloh) dipanggil bapak presiden mendadak," kata Sahroni kepada Suara.com, Jumat (27/1).

Sahroni menyampaikan, pertemuan tersebut bukan karena Surya Paloh berinisiatif menyambangi Istana. Namun hal itu terjadi karena memang Jokowi yang memanggil.

Adapun ketika ditanya panggilan mendadak Jokowi tersebut membahas perihal apa, Sahroni mengaku tidak mengetahuinya. "Tapi saya enggak tahu isi pertemuannya apa karena saya enggak ikutan," pungkasnya.

_______________

Tim Liputan Bagaskara Indiansyah dan Novian Ardiansyah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI