Suara.com - PERTEMUAN Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum partai NasDem Surya Paloh di Istana Kepresidenan Jakarta pada Kamis pekan lalu santer dibicarakan. Pertemuan mereka mendadak berlangsung di tengah isu reshuffle kabinet.
Pertemuan Jokowi dan Surya masih menyisakan teka teki, deal-deal apa yang dibicarakan. Pasalnya hubungan mereka sempat renggang pasca NasDem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) 2024 pada awal Oktober tahun lalu.
Lantas apa untungnya pertemuan kedua elite politik itu bagi publik?
Pengamat politik Universitas Andalas, Asrinaldi berpandangan pertemuan Jokowi dan Surya itu cenderung untuk kepentingan kekuasaan. Mengingat dalam tiga bulan terakhir hubungan mereka retak, terlihat dari absennya Jokowi dalam HUT partai Nasdem beberapa waktu lalu. Dibalas Surya yang juga tak mau hadir di pernikahan putra bungsu Presiden, Kaesang Pangarep.
Pertemuan di Istana itu ada dua kemungkinan, pertama Jokowi ingin memastikan posisi NasDem dalam partai koalisi pendukung pemerintah. Untuk kelanjutan NasDem di koalisi, disinyalir ada deal yang disepakati antar keduanya.
Kedua, membahas mengenai masa depan politik Jokowi dan keluarganya. Mengingat Jokowi bukan ketua partai, sehingga tidak punya kendali partai, walaupun memiliki pengaruh dalam politik kekuasaan.
Sedangkan Surya Paloh merupakan ketua umum partai dan memiliki kursi di parlemen. “Barangkali untuk menyepakati itu. Terkait dengan keberlanjutan masa depan Nasdem di koalisi dan juga bisa jadi ada deal lain terkait dengan bagaimana akhir dari kekuasaan Pak Jokowi,” kata Arsinaldi dalam perbincangan dengan Suara.com, Senin (30/1) lalu.
Selain itu, kemungkinan Jokowi juga membahas soal putra sulungnya maju pemilihan gubernur DKI Jakarta atau Jawa Tengah dengan Surya Paloh. Sebab, masa jabatan Jokowi berakhir Oktober 2024, sedangkan Pilkada serentak berlansung sebulan setelah itu, yaitu November 2024.
Artinya saat Pilkada nanti, Jokowi sudah tak berkuasa lagi. Sehingga ia harus memastikan sejak dini dukungan elite parpol terhadap anaknya dalam Pilkada nanti. “Ketika beliau tidak menjabat tentu dengan kepemimpinan presiden baru, apalagi kalau bukan yang dijagokan itu menang, akan sulit juga untuk pak Jokowi,” tuturnya.
Baca Juga: Soal Perjanjian Politik Prabowo-Anies, Demokrat: Anies Komit Dengan Janji, Lihat Saja Di Jakarta
Bagaimanapun, menurut Arsinaldi, Jokowi yang tengah berkuasa, penting baginya untuk menjaga kekuasaannya. Baik dijaga oleh orang kepercayaan atau keluarganya.