Suara.com - Putra sulung Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Gibran Rakabuming Raka menyantap hidangan bersama ayah dan adiknya, Kaesang Pangarep di Surakarta. Gibran dan Jokowi terkejut ketika mendengar Kaesang berbicara.
Bukan soal pernikahannya dengan Erina Gudono yang sudah berjalan satu bulan. Namun Kaesang mengutarakan ketertarikannya untuk terjun ke dunia politik di depan Jokowi dan Gibran.
"Aku yo kaget tenan ora. Bapak yo kaget," kata Gibran saat ditemui, Selasa (24/1/2023).
Ucapan Kaesang itu tidak hanya membuat kaget Jokowi dan Gibran, namun juga khalayak dibuatnya tercengang. Bagaimana tidak, dalam beberapa kesempatan Kaesang pernah mengungkap ketidaktertarikannya untuk terjun ke dunia politik.
Baca Juga: Kaesang Minat terjun ke Dunia Politik, Keluarga Jokowi Bakal Bangun Dinasti Politik?
Semisal di depan Deddy Corbuzier, ia mengaku hanya senang menikmati dinamika dunia politik. Ia juga merasa tidak pede dengan kemampuannya untuk menjadi politikus.
"Kalau saya ikut ke politik, siapa yang mau milih? Nggak ada yang mau milih orang kayak saya," ucap Kaesang saat menjadi bintang tamu pada Podcast Deddy Corbuzier, Selasa (21/9/2021).
Kalau dibandingkan, Kaesang lebih memilih menjadi pengusaha karena banyak 'duit' ketimbang menjadi kepala daerah seperti sang kakak, Gibran yang kini menjadi Wali Kota Surakarta.
Tentu pilihannya itu sesuai dengan keseriusannya dalam menjalankan bisnis. Terhitung ada 13 bisnis yang hingga saat ini dijalankan Kaesang.
Punya usaha bejibun membuat Kaesang berani meledek Gibran lantaran gaji yang diterimanya sebagai kepala daerah kecil. Itu juga menjadi alasan Kaesang emoh untuk mengikuti jejak Gibran.
Baca Juga: Refly Harun Melihat Empat Kekhawatiran Jokowi Pasca Lengser, Salah Satunya Soal Dinasti Politik
"Saya lihat, nih, Mas Gibran gaji wali kota berapa, saya jawab kasihan. Sudah gajinya segitu, kena Covid-19 lagi. Itu kan harus bertanggungjawab sama ratusan ribu warga," ujar Kaesang.
Namun, nasi sudah menjadi bubur. Ucapan Kaesang itu langsung ditelannya mentah-mentah ketika hati nuraninya berkata lain di mana selang dua tahun ia malah ingin terjun ke dunia politik.
Apabila ucapan Kaesang itu diikuti dengan keseriusan, maka dinasti politik keluarga Jokowi bakal segera terbangun dengan sempurna.
Bangun Pondasi dari Putra Sulung dan Menantu
Serupa dengan Kaesang, dulunya Gibran mengaku ogah masuk ke dunia politik.
Ia memilih untuk menjadi pebisnis ketimbang mengikuti jejak Jokowi. Akan tetapi, tepat pada 23 September 2019, Gibran mantap mendaftarkan diri sebagai kader PDIP.
Jalannya mulus bak jalan tol, Gibran langsung direkomendasikan oleh PDIP sebagai calon Wali Kota Solo pada pemilihan kepala daerah 2020. Kala itu, Gibran mendaftar bersama calon wakil wali kota Teguh Prakosa.
Bukan menjadi sebuah kejutan ketika Gibran menang di Pilkada Surakarta 2020. Sosok Jokowi tidak bisa dilepaskan dari bayang-bayang kemenangan Gibran.
Berjaya di tanah kelahiran mungkin bukan sesuatu yang mengherankan untuk sosok Jokowi. Namun, kekuatannya juga membuktikan kalau dirinya mampu menguasai Kota Medan, melalui menantunya.
Bobby Nasution, suami dari putri Jokowi, Kahiyang Ayu maju menjadi calon Wali Kota Medan 2020. Bobby melangkah menjadi calon kepala daerah di tahun yang seperti Gibran.
Hasilnya pun sama di mana Bobby yang kala itu berpasangan dengan Aulia Rachman meraih sebanyak 393.327 suara. Sementara lawannya yakni Akhyar Nasution dan Salman Alfarisi meraih 342.580 suara.
Baik Gibran dan Bobby mampu menjadi kepala daerah di saat Jokowi tengah menjalani tugasnya sebagai presiden di periode kedua.
Lebih Parah dari Soeharto
Analis politik sekaligus CEO and Founder Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menganggap Jokowi betul-betul memanfaatkan jabatannya sebagai orang nomor satu di Indonesia. 'Mumpung' jadi presiden, Pangi menganggap Jokowi bakal lebih mudah untuk membangun dinasti politiknya.
"Berbeda nanti hasilnya kalau tidak lagi menjadi orang RI 1, belum tentu semulus sekarang memenangkan dinasti politiknya menjadi kepala daerah," kata Pangi saat dihubungi Suara.com, Rabu (25/1/2023).
Mulanya Pangi menaruh hormat kepada Jokowi. Namun hormat itu sirna ketika melihat Jokowi tidak melarang Gibran serta menantunya terjun ke dunia politik.
Bahkan menurutnya, langkah yang diambil Jokowi itu lebih parah ketimbang nepotisme era Presiden ke-2 Soeharto. Menurutnya, anak-anak Soeharto hanya memanfaatkan kekuasaan ayahnya untuk berbisnis.
"Kalau sekarang parahnya, bisnis, iya, kekuasaan, iya. Keduanya disabet habis," ucapnya.
Dinasti Politik Keluarga Presiden
Pewarisan kekuasaan bukan hal baru terjadi dunia politik Tanah Air. Contohnya ialah Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri. Dari pernikahannya dengan almarhum Taufik Kiemas, Megawati memiliki putri bernama Puan Maharani Nakshatra Kusyala.
Sedari belia, Puan menjadi saksi perjalanan politik sang Ibunda. Itu juga yang membuatnya memilih berkuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia (FISIP UI).
Puan tercatat lulus dari FISIP UI pada 1997.
Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNIP) menjadi langkah pertama Puan di dunia politik praktis. Tak lama dari situ, Puan bergabung ke PDIP, partai yang dibangun oleh Megawati.
Puan menjajal sengitnya persaingan Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 sebagai calon anggota legislatif Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Tengah V.
Kala itu, Puan harus puas dengan perolehan suara terbanyak kedua di tingkat nasional. Posisi pertama ditempati oleh Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), putra Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kala itu masih berkuasa.
Di bawah bendera PDIP, Puan kembali mendapatkan kemenangan di Pemilu 2014 dengan dapil yang sama. Berbeda dengan sebelumnya, Puan menjadi anggota Komisi VI DPR RI yang membidangi industri, investasi dan persaingan usaha.
Meski kekuasaan sang ibu telah padam, bukan berarti langkah Puan terhambat begitu saja. Nyatanya, ia ditunjuk menjadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) di Kabinet Kerja.
Kabinet Kerja ini deretan menteri pembantu Jokowi pada periode pertama. Saat ini, Puan menjabat sebagai Ketua DPR RI periode 2019-2024.
Ia menjadi ketua DPR RI perempuan pertama dalam sejarah Indonesia.
The Cikeas Clan
"Karena mengundurkan diri, maka diberhentikan secara hormat," kata eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (23/9/2016).
Pernyataan Gatot itu menanggapi pengunduran diri Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY dari kedinasan TNI. Ia memutuskan untuk mengundurkan diri dengan pangkat terakhirnya Mayor TNI Infanteri.
Keputusan mundur dari dunia kemiliteran dimantapkan Agus demi terjun ke dunia politik. Melepaskan karir militernya yang cemerlang, putra sulung dari Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY itu langsung diceburkan ke medan perang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017.
Menjadi politisi karbitan, AHY tak gentar maju sebagai calon gubernur bersama Sylviana Murni. Sebagai anak baru di dunia politik, ia mau tidak mau harus melawan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat.
Sesuai dengan prediksi, AHY-Sylviana tidak dapat mengalahkan keunggulan lawannya sehingga harus terhenti di putaran pertama. Meskipun banyak yang mencibir, namun tidak sedikit pihak yang menghargai keberanian AHY untuk langsung terjun ke kontestasi politik sebesar Pilkada DKI 2017 tanpa bekal yang dikatakan belum cukup.
Kegigihan SBY untuk meneruskan dinastinya diturunkan kepada AHY yang akhirnya menjadi ketua umum Partai Demokrat periode 2020-2025. AHY terpilih secara aklamasi pada penyelenggaraan Kongres V di Jakarta.
Ia menjadi pengganti sang ayah yang menjabat sebagai ketua umum Demokrat sejak 2013 hingga 2020.
Sebenarnya, SBY sudah memanjangkan tangannya di dunia politik melalui putra keduanya yakni Ibas. Saat SBY menjabat sebagai presiden, Ibas maju menjadi calon anggota legislatif dengan Dapil Jawa Tengah V melalui Pemilu 2009.
Kala itu, Ibas menduduki posisi pertama dengan perolehan 327.097 suara. Berhasil menjadi anggota dewan, Ibas langsung ditunjuk menjadi anggota Badan Anggaran dan Komisi I DPR RI yang membidangi hubungan luar negeri, pertahanan, dan informasi dan komunikasi.
Berbeda dengan AHY, Ibas sudah mempelajari dunia politik di bangku kuliah di Nanyang Technological University, Singapura. Ia lulus dengan gelar Master of Science in International Political Economic pada 2007.
Suami dari Siti Rubi Aliya Rajasa tersebut juga menyabet gelar doktor usai menjalani studi S3 di Manajemen Bisnis (DMB) Institut Pertanian Bogor (IPB).
Ibas ikut terlibat aktif dalam Partai Demokrat, diawali dengan menjadi Ketua Departemen Kaderisasi. Adapun Ibas pernah menjadi Sekretaris Jenderal Partai Demokrat periode 2010-2015.
Menjadi penerus SBY, AHY dan Ibas kini masih berkonsentrasi memperkokoh kekuatan Partai Demokrat. Partai Demokrat pernah disebut sebagai partai keluarga lantaran banyaknya kerabat yang juga menduduki jabatan strategis di partai berlambang mercy tersebut.
Sebut saja Pramono Edhy Wibowo, Agus Hermanto dan Hartanto Edhy Wibowo yang masih keluarga besar dengan SBY.
Berbeda dengan Jokowi, SBY justru lebih fokus untuk membangun politik dinasti di tubuh Partai Demokrat. Meski demikian, anggapan itu pernah dibantah Ibas pada 2013 silam.
"Jelas tidak ada instruksi dari Pak SBY menyangkut siapa yang boleh dan tidak boleh mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Tidak ada hak istimewa keluarga, bahkan Pak SBY pernah meminta mencoret nama, meskipun ada hubungan saudara, karena tidak memenuhi syarat," kata Ibas.