Cegah Pecah Pembuluh Darah Sejak Dini: Strategi Holistik untuk Menjaga Kesehatan Otak di Usia Lanjut

Sabtu, 12 April 2025 | 10:34 WIB
Cegah Pecah Pembuluh Darah Sejak Dini: Strategi Holistik untuk Menjaga Kesehatan Otak di Usia Lanjut
Ilustrasi - Otak Manusia. ANTARA/Handout/am. [ANTARA/Handout]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Meski terdengar mengerikan dan identik dengan kondisi darurat medis, pecah pembuluh darah atau stroke hemoragik sejatinya bukanlah takdir yang tak bisa dicegah.

Menurut dr. Andhika Rachman, Sp.PD-KHOM, dokter spesialis penyakit dalam hemato-onkologi medik di RS Cipto Mangunkusumo Kencana Jakarta, kunci utama untuk mencegah kondisi ini bahkan bisa diterapkan pada mereka yang pernah mengalami stroke sebelumnya.

“Pecah pembuluh darah adalah kondisi yang bisa dicegah, bahkan pada mereka yang sudah pernah stroke. Kuncinya ada pada pengendalian tekanan darah, gaya hidup sehat, dan pemeriksaan rutin, terutama pada usia lanjut,” ujarnya dikutip dari ANTARA pada Sabtu (12/4/2025).

Dalam dunia medis, istilah pecah pembuluh darah merujuk pada stroke hemoragik, yakni ketika pembuluh darah di otak robek dan menyebabkan perdarahan.

Ini berbeda dari stroke iskemik, yang disebabkan oleh sumbatan aliran darah ke otak dan merupakan jenis stroke paling umum (sekitar 80–85 persen kasus). Sementara itu, stroke hemoragik mencakup 15–20 persen kasus, namun cenderung lebih berat dan memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.

Faktor Risiko yang Perlu Diwaspadai

Dr. Andhika menjelaskan bahwa faktor risiko utama dari pecah pembuluh darah adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.

Selain itu, kondisi seperti aneurisma otak, yaitu pelebaran dinding pembuluh darah yang bisa pecah sewaktu-waktu, juga menjadi ancaman serius.

Kelainan bawaan seperti malformasi arteri-vena, cedera kepala, konsumsi obat pengencer darah, kolesterol tinggi, dan gaya hidup tidak sehat turut memperbesar risiko.

Baca Juga: 7 Kebiasaan yang Baik untuk Kesehatan Otak

Yang perlu diwaspadai, kondisi ini bisa terjadi secara tiba-tiba dan cepat merusak jaringan otak. Karena itu, deteksi dini dan gaya hidup sehat menjadi benteng utama dalam pencegahan.

Strategi Pencegahan: Fisik, Psikis, dan Sosial

Pencegahan pecah pembuluh darah bukan hanya soal meminum obat. Dr. Andhika menekankan pentingnya pendekatan menyeluruh. Secara fisik, rutin memantau tekanan darah sebulan sekali, disiplin mengonsumsi obat antihipertensi, serta melakukan pengecekan jantung, gula darah, dan kolesterol setiap 3–6 bulan sangat dianjurkan.

Dari sisi pola makan, konsumsi makanan rendah garam, tinggi serat, cukup protein, serta memastikan tubuh tetap terhidrasi menjadi hal krusial.

Bagi mereka yang memiliki riwayat hipertensi, pembatasan konsumsi garam adalah langkah penting. Selain itu, kontrol rutin ke dokter saraf atau spesialis penyakit dalam juga sangat disarankan, terlebih jika ada riwayat aneurisma atau stroke sebelumnya.

Namun pencegahan tidak berhenti di situ. “Pencegahan juga harus menyentuh aspek psikis dan sosial, terutama bagi lansia,” tutur dr.

Andhika. Lansia sebaiknya dilibatkan dalam aktivitas ringan dan menyenangkan agar tetap aktif secara mental dan sosial. Olahraga ringan seperti jalan pagi juga sangat dianjurkan.

Yang tak kalah penting, menghindari stres berlebihan, rokok, dan konsumsi alkohol adalah langkah sederhana namun berdampak besar. Peran keluarga juga tidak bisa dikesampingkan.

Keluarga perlu diedukasi agar bisa mendampingi lansia secara holistik, tidak hanya dalam hal pengobatan, tetapi juga dalam menciptakan lingkungan yang sehat secara emosional.

Menjadi Lebih Sadar dan Siap

Di tengah meningkatnya angka kejadian stroke dan penyakit kardiovaskular di Indonesia, edukasi dan kesadaran masyarakat terhadap pencegahan stroke hemoragik menjadi sangat penting.

Kabar baiknya, banyak langkah pencegahan dapat dilakukan sejak dini dan tidak memerlukan teknologi canggih—cukup dengan gaya hidup sehat, kontrol rutin, dan dukungan sosial.

“Tidak ada kata terlambat untuk mulai peduli pada kesehatan otak kita,” ujar dr. Andhika.

Dengan pendekatan yang holistik, bukan hanya usia harapan hidup yang bisa diperpanjang, tetapi juga kualitas hidup yang lebih baik bisa diraih, terutama di usia lanjut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI