Dampak Buruk bagi Lingkungan
SLS sulit terurai secara alami, sehingga residunya dapat mencemari lingkungan dan membahayakan ekosistem perairan. SLS dapat berdampak buruk bagi lingkungan, terutama ekosistem air. Alasannya, karena SLS dapat mencemari lingkungan karena terbawa saat membilas produk yang mengandungnya
Studi Membuktikan: Banyak Busa Tidak Sama dengan Lebih Bersih
Sebuah penelitian yang dimuat dalam Journal of the American Academy of Dermatology (2019) menyatakan bahwa tidak ada hubungan langsung antara banyaknya busa dan tingkat kebersihan. Justru, sabun dengan busa berlebihan sering kali mengandung bahan kimia keras yang berpotensi merusak kulit dan lingkungan.
Rekomendasi Sabun yang Lebih Aman
Menyadari risiko tersebut, beberapa merek kini beralih ke formula yang lebih ramah kulit dan alam, seperti:
- Menggunakan bahan alami (ekstrak oat, aloe vera) sebagai pengganti SLS.
- Surfaktan berbasis nabati seperti decyl glucoside yang lebih lembut.
- Bebas pewangi dan paraben untuk mengurangi risiko iritasi.
Mitos bahwa sabun berbusa lebih efektif membersihkan tidaklah benar. Faktanya, busa berlebihan sering kali disebabkan oleh bahan kimia seperti SLS yang dapat merusak kulit dan lingkungan.
![Ilustrasi sabun bayi [Ist/Certive]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/25/56306-ilustrasi-byi.jpg)
Oleh karena itu, penting untuk lebih selektif dalam memilih sabun, dengan memperhatikan komposisinya dan memilih produk yang lebih ramah bagi tubuh serta alam.
Jadi, jangan tertipu oleh banyaknya busa! Pilihlah sabun dengan bahan alami. Salah satunya seperti Gentle & Mild Wash and Shampoo dari Certive yang tidak mengandung SLS dan paraben, dan memiliki komposisi utama Oat Kernel Extract (ekstrak kulit gandum). Sabun ini juga tidak mengandung parfum atau pewangi tambahan sehingga memberikan perlindungan optimal yang bebas dari iritasi untuk kesehatan kulit si kecil.
Baca Juga: 3 Cleanser untuk Pria, Ampuh Bersihkan Kulit dari Kotoran Tanpa Ketarik