"Sebenarnya, kotoran telinga memiliki peran dalam melindungi dari infeksi," ujarnya.
![Dokter mengobati telinga pasien. [Dok. Antara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/21/74838-pengobatan-telinga.jpg)
Dia menjelaskan, penggunaan korek kuping seperti cotton bud justru dapat mendorong serumen masuk lebih dalam ke telinga, yang bisa menyebabkan penyumbatan serta berujung pada gangguan pendengaran.
"Kalau terlalu masuk ke dalam, cotton bud bisa merusak gendang telinga, bahkan memicu infeksi jika alat yang digunakan tidak steril," jelasnya.
Penggunaan alat asing seperti kunci atau jari tangan yang tidak bersih juga dapat menyebabkan luka dan meningkatkan risiko infeksi.
Lebih lanjut, dokter Krisna mengingatkan bahwa penggunaan obat tetes telinga yang tidak sesuai anjuran dokter bisa membahayakan organ pendengaran.
"Jika obat tetes untuk kotoran telinga digunakan pada infeksi, justru bisa memperparah kondisi dengan pertumbuhan bakteri dan jamur," tambahnya.
Praktik lain yang dinilai berbahaya adalah terapi ear candle, yaitu metode membersihkan telinga menggunakan lilin yang dibakar pada satu sisinya.
"Teknik ini berisiko menyebabkan luka bakar dan infeksi pada saluran telinga, sehingga sebaiknya dihindari," ujar dokter Krisna.
Sebagai langkah aman, ia menyarankan membersihkan bagian luar telinga dengan lap kering atau handuk untuk membantu serumen keluar secara alami. Gerakan rahang saat berbicara atau mengunyah juga dapat membantu proses alami tersebut.
Jika mengalami gangguan pendengaran atau keluhan lainnya, dokter Krisna menyarankan segera berkonsultasi dengan dokter spesialis THT. Saat ini, perangkat audiometri untuk pemeriksaan organ pendengaran sudah tersedia di berbagai rumah sakit.