Lalu stadium akhir alias stadium 5 yang sudah masuk dalam tahap gagal ginjal, yaitu eGFR kurang dari 15 ml per menit, ginjal hampir tidak berfungsi, dan membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal.
Dokter yang berpraktik di Mayapada Hospital Jakarta Selatan itu menjelaskan prevalensi penyakit ginjal kronis alias PGK semakin meningkat di Indonesia, dan sayangnya banyak kasus ditemukan dalam kondisi yang cukup parah. Kalau sudah seperti itu, banyak pasien yang harus jalani tindakan cuci darah seumur hidup.
Inilah sebabnya menurut dr. Donnie masyarakat perlu lakukan deteksi dini PGK dengan mengenali gejalanya. Apalagi penyakit ini juga lahir dari komplikasi diabetes dan hipertensi.
"Kondisi diabetes dan hipertensi menjadi salah satu faktor key-risk terbesar pada PGK, yang jika tidak ditangani dengan serius akan menyebabkan gagal ginjal. Sebaliknya, deteksi dini PGK menjadi kunci pencegahan untuk memperlambat atau menghentikan perkembangan penyakit ginjal,” ungkapnya.
Group Marketing Head PT Finusolprima Farma Internasional, dr. Siswandi mengatakan karena kasus ginjal kronik meningkat dari tahun ke tahun, pihaknya menggelar edukasi sekaligus lakukan pemeriksaan ureum dan keratinin untuk karyawan, hingga edukasi pada komunitas ginjal.
"Kegiatan ini sejalan dengan inisiatif keberlanjutan Kalbe, Bersama Sehatkan Bangsa. Dengan tema WKD 2025, Are Your Kidneys OK? Detect Early, Protect Kidney Health, menekankan pentingnya deteksi dini untuk menjaga kesehatan ginjal dan mencegah penyakit ginjal kronik,” ungkap dr. Siswandi.
Perlu diketahui, data Organisasi Kesehatan Dunia alias WHO mengungkap, pada tahun 2020 terdapat 254.028 kasus kematian akibat gagal ginjal kronis. Pada tahun 2021, jumlah kasus mencapai lebih dari 843,6 juta, dan diperkirakan angka kematian akibat gagal ginjal kronis akan meningkat sebesar 41,5 persen pada tahun 2040.
Prevalensi pasien ginjal kronis secara global diperkirakan mencapai lebih dari 10 persen dari populasi umum di seluruh dunia, dengan jumlah penderita sekitar 843,6 juta jiwa.
Sedangkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi penyakit ginjal kronis mencapai 0,38 persen dari total populasi, yang setara dengan sekitar 713.783 orang.
Baca Juga: Bingung Hukum Suntik Saat Puasa? Simak Fatwa MUI dan Pendapat Ulama
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga mengatakan ada 1 dari 10 orang di Indonesia mengalami penyakit ginjal, termasuk di usia muda. Lalu data Indonesian Renal Registry (IRR) juga adanya menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah pasien yang menjalani terapi hemodialisis, dari 21.759 pada 2013 menjadi 52.835 pada 2016.