Petugas medis dalam layanan pre-hospital harus terlatih untuk mengenali gejala stroke dengan cepat menggunakan metode FAST (Face drooping, Arm weakness, Speech difficulty, Time to call emergency). Dengan cara ini, mereka dapat segera mengambil tindakan yang diperlukan sebelum pasien tiba di rumah sakit.
2. Stabilisasi Kondisi Pasien
Dalam perjalanan menuju rumah sakit, tenaga medis di ambulans dapat melakukan tindakan penyelamatan, seperti pemberian oksigen, pemantauan tekanan darah, dan penyiapan obat-obatan emergensi. Ini sangat penting untuk mencegah kondisi pasien memburuk selama perjalanan.
3. Koordinasi dengan Rumah Sakit
Salah satu elemen kunci dalam layanan pre-hospital adalah prenotifikasi, yaitu pemberitahuan awal kepada rumah sakit bahwa pasien stroke sedang dalam perjalanan. Dengan sistem ini, tim medis rumah sakit dapat mempersiapkan ruang tindakan, dokter spesialis, dan peralatan yang dibutuhkan sehingga waktu tunggu pasien setelah tiba di rumah sakit dapat dikurangi.
4. Mengatasi Tantangan Transportasi di Kota Besar
Salah satu kendala utama layanan pre-hospital di Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, adalah kemacetan lalu lintas. Ambulans sering mengalami kesulitan mencapai lokasi pasien dan membawa mereka ke rumah sakit dalam waktu singkat. Untuk mengatasi masalah ini, beberapa layanan ambulans telah menerapkan strategi rute alternatif dan koordinasi dengan pihak terkait untuk membuka jalur darurat.
Dampak Layanan Pre-Hospital yang Optimal
Layanan pre-hospital yang baik dapat membawa perubahan besar dalam angka kesembuhan pasien stroke. Pasien yang mendapatkan penanganan medis lebih cepat memiliki peluang lebih besar untuk menghindari kecacatan permanen, seperti kelumpuhan atau gangguan bicara.
Baca Juga: Bayi Kembar Siam Dempet Dada Berhasil Dipisahkan di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar
Selain itu, layanan ini juga dapat mengurangi angka kematian akibat stroke, yang masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia.