Suara.com - Stroke adalah salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan di dunia. Kondisi ini terjadi ketika suplai darah ke otak terganggu, baik akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).
Waktu menjadi faktor yang sangat krusial dalam penanganan stroke. Semakin cepat pasien mendapatkan pertolongan medis, semakin besar peluang mereka untuk pulih tanpa komplikasi serius.
Inilah alasan mengapa layanan pre-hospital, atau layanan medis sebelum pasien tiba di rumah sakit, memiliki peran yang sangat penting.
Di Indonesia, kesadaran akan pentingnya layanan ini masih perlu ditingkatkan, meskipun telah ada kemajuan dalam sistem ambulans dan koordinasi medis yang lebih baik.
Baca Juga: Bayi Kembar Siam Dempet Dada Berhasil Dipisahkan di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar
Golden Period: Waktu Emas yang Tidak Boleh Terbuang
Para ahli medis menyebut bahwa stroke harus ditangani dalam golden period atau waktu emas, yaitu sekitar 4,5 jam setelah gejala pertama muncul. Dalam periode ini, pasien yang mengalami stroke iskemik masih dapat diberikan terapi trombolitik.
Ini adalah obat penghancur bekuan darah, yang dapat mengurangi risiko kecacatan permanen. Jika melewati batas waktu ini, kemungkinan pemulihan pasien akan semakin kecil, dan risiko komplikasi meningkat.
Layanan pre-hospital yang cepat dan efisien dapat membantu memastikan pasien tiba di rumah sakit dalam periode emas ini. Tim medis yang berada di lapangan harus mampu mengenali tanda-tanda stroke, memberikan pertolongan pertama, serta memastikan pasien segera mendapatkan perawatan lanjutan di rumah sakit.
Peran Layanan Pre-Hospital dalam Menyelamatkan Pasien Stroke
Baca Juga: Gandeng Bank BUMN, TIKI Permudah Akses Layanan Keuangan UMKM untuk Buka Usaha Kurir
1. Deteksi dan Diagnosa Awal
Petugas medis dalam layanan pre-hospital harus terlatih untuk mengenali gejala stroke dengan cepat menggunakan metode FAST (Face drooping, Arm weakness, Speech difficulty, Time to call emergency). Dengan cara ini, mereka dapat segera mengambil tindakan yang diperlukan sebelum pasien tiba di rumah sakit.
2. Stabilisasi Kondisi Pasien
Dalam perjalanan menuju rumah sakit, tenaga medis di ambulans dapat melakukan tindakan penyelamatan, seperti pemberian oksigen, pemantauan tekanan darah, dan penyiapan obat-obatan emergensi. Ini sangat penting untuk mencegah kondisi pasien memburuk selama perjalanan.
3. Koordinasi dengan Rumah Sakit
Salah satu elemen kunci dalam layanan pre-hospital adalah prenotifikasi, yaitu pemberitahuan awal kepada rumah sakit bahwa pasien stroke sedang dalam perjalanan. Dengan sistem ini, tim medis rumah sakit dapat mempersiapkan ruang tindakan, dokter spesialis, dan peralatan yang dibutuhkan sehingga waktu tunggu pasien setelah tiba di rumah sakit dapat dikurangi.
4. Mengatasi Tantangan Transportasi di Kota Besar
Salah satu kendala utama layanan pre-hospital di Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, adalah kemacetan lalu lintas. Ambulans sering mengalami kesulitan mencapai lokasi pasien dan membawa mereka ke rumah sakit dalam waktu singkat. Untuk mengatasi masalah ini, beberapa layanan ambulans telah menerapkan strategi rute alternatif dan koordinasi dengan pihak terkait untuk membuka jalur darurat.
Dampak Layanan Pre-Hospital yang Optimal
Layanan pre-hospital yang baik dapat membawa perubahan besar dalam angka kesembuhan pasien stroke. Pasien yang mendapatkan penanganan medis lebih cepat memiliki peluang lebih besar untuk menghindari kecacatan permanen, seperti kelumpuhan atau gangguan bicara.
Selain itu, layanan ini juga dapat mengurangi angka kematian akibat stroke, yang masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Salah satu contoh keberhasilan dalam peningkatan layanan pre-hospital di Indonesia adalah Siloam Ambulance Call Center (SACC).
Layanan ini berhasil meraih EMS Angels Award, sebuah penghargaan internasional yang diberikan kepada tim medis darurat dengan standar pelayanan terbaik dalam menangani pasien stroke sebelum tiba di rumah sakit.
Penghargaan ini menjadi bukti bahwa dengan sistem yang baik, layanan pre-hospital di Indonesia dapat mencapai standar global.
SACC menerima penghargaan ini setelah melalui evaluasi ketat berdasarkan beberapa kriteria utama, termasuk kecepatan respons ambulans, tingkat kepatuhan terhadap protokol medis, serta efektivitas komunikasi dan koordinasi dengan rumah sakit.
SACC juga berhasil mencapai tingkat prenotifikasi 100 persen, membantu penanganan pasien stroke secara cepat dan tepat.
“Saat ini SACC telah meraih predikat Gold, tapi kami tidak berhenti di sini dan akan terus meningkatkan kapabilitas dan kualitas kami demi menyelamatkan lebih banyak nyawa”, ujar Dr. dr. Wahyuni Dian Purwati, Sp.EM, dokter spesialis emergency medicine Grup RS Siloam.
Ke depan, SACC akan terus mengembangkan sistem terintegrasi dengan rumah sakit di seluruh Indonesia. Sistem ini akan memungkinkan pelacakan rekam medis pasien secara digital, sehingga tim medis dapat mengambil keputusan yang lebih cepat dan akurat berdasarkan riwayat kesehatan pasien.
Selain itu, pelatihan bagi personel SACC juga akan ditingkatkan agar mereka dapat memberikan justifikasi dan diagnosis awal ketika menerima panggilan darurat. Dengan demikian, pasien akan mendapatkan pertolongan yang lebih tepat sejak awal panggilan dilakukan.