Suara.com - Setiap tanggal 4 Februari, dunia memperingati Hari Kanker Sedunia sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kanker serta mendorong aksi global dalam pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan penyakit ini.
Tahun 2025 menandai peringatan ke-25 sejak Hari Kanker Sedunia pertama kali dicanangkan oleh Union for International Cancer Control (UICC). Dengan tema "United By Unique," peringatan tahun ini menekankan pentingnya menghargai keberagaman dalam memerangi kanker.
Pentingnya Deteksi Dini Kanker Payudara
Deteksi dini merupakan kunci dalam menangani kanker payudara. Dr. Welda Eleanor Haryanto dari RS Siloam Bekasi Timur menjelaskan pentingnya Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sebagai langkah awal yang dapat dilakukan sejak usia 20 tahun. Pemeriksaan ini tidak memerlukan alat khusus dan dapat dilakukan di rumah. SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan setelah selesai menstruasi, misalnya saat akan mandi.
Baca Juga: Tak Sekadar Olahraga, Run For Hope Ajak Publik Lebih Sadar Deteksi Dini Kanker
"Cara pendeteksian sejak dini yang dapat dilakukan yaitu dengan SADARI. Wanita berusia 35 tahun ke atas juga disarankan untuk melakukan mamografi setiap tahun. SADARI dapat dimulai dari usia 20 tahun, dan ini sangat penting dilakukan secara rutin," ungkap Dr. Welda Eleanor Haryanto.
Wanita berusia 35 tahun ke atas juga disarankan untuk rutin melakukan mamografi setiap tahun, terutama jika memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga dengan kanker payudara atau kondisi medis tertentu. Mamografi merupakan metode skrining yang efektif untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara sebelum gejala muncul.
Kanker di Indonesia: Statistik dan Fakta
Kanker menjadi salah satu penyakit tidak menular yang merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2020 terdapat 396.914 kasus kanker baru di Indonesia. Lima jenis kanker yang paling umum terjadi adalah:
Kanker payudara (16,6%): Kanker ini menjadi jenis kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia dan penyumbang utama kematian akibat kanker. Banyak kasus kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut, sehingga pengobatan menjadi lebih kompleks.
Baca Juga: Erina Gudono Kini Berambut Pendek, Alasan di Baliknya Bikin Terenyuh
Kanker serviks (9,2%): Kanker ini sering kali disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus (HPV). Deteksi dini melalui pap smear dapat membantu menurunkan angka kejadian kanker serviks.
Kanker paru-paru (8,8%): Merokok menjadi faktor risiko utama untuk kanker paru-paru. Selain itu, paparan polusi udara dan bahan kimia tertentu juga turut meningkatkan risiko.
Kanker kolorektal (8,6%): Kanker ini umumnya terkait dengan pola makan rendah serat, obesitas, dan riwayat keluarga. Deteksi dini melalui kolonoskopi dapat sangat membantu mencegah perkembangan kanker ini.
Kanker hati (5,4%): Infeksi virus hepatitis B dan C menjadi penyebab utama kanker hati di Indonesia. Vaksinasi dan pengobatan hepatitis dapat mengurangi risiko kanker hati secara signifikan.
Peningkatan jumlah kasus kanker di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk perubahan gaya hidup, kurangnya kesadaran akan pentingnya deteksi dini, serta akses terbatas ke layanan kesehatan berkualitas. Kondisi ini menunjukkan perlunya upaya yang lebih intensif dalam meningkatkan edukasi dan fasilitas kesehatan masyarakat.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara meliputi:
- Riwayat keluarga dengan kanker payudara: Jika ada anggota keluarga dekat, seperti ibu atau saudara perempuan, yang memiliki riwayat kanker payudara, risiko meningkat secara signifikan.
- Usia di atas 50 tahun: Risiko kanker payudara cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.
- Kebiasaan merokok: Merokok tidak hanya memengaruhi kesehatan paru-paru, tetapi juga dapat meningkatkan risiko berbagai jenis kanker, termasuk kanker payudara.
- Gangguan hormon tertentu: Ketidakseimbangan hormon akibat penggunaan terapi hormon jangka panjang atau kondisi medis tertentu dapat meningkatkan risiko.
Selain faktor-faktor di atas, pola hidup sehat, seperti menjaga berat badan ideal, rutin berolahraga, dan mengonsumsi makanan bergizi, dapat membantu menurunkan risiko terkena kanker payudara. Edukasi yang berkesinambungan mengenai pentingnya deteksi dini juga harus terus digencarkan untuk mendorong kesadaran masyarakat.
Sebagai bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR), Holywings Peduli menyelenggarakan talkshow kesehatan pada Minggu, 9 Februari 2025. Bertempat di Gold Dragon Bekasi, acara ini menghadirkan Dr. Welda Eleanor Haryanto yang memberikan edukasi tentang faktor risiko kanker payudara, cara melakukan SADARI, serta tanda-tanda kanker payudara yang perlu diwaspadai.
Andrew Susanto, Komisaris Utama Holywings Group sekaligus Ketua Program CSR Holywings Peduli, menegaskan pentingnya deteksi dini untuk meningkatkan kualitas hidup penderita kanker dan menekan angka kematian. “Kami berharap melalui seminar ini, masyarakat mendapatkan wawasan baru terkait pencegahan kanker payudara. Semoga kegiatan ini memberikan manfaat bagi banyak orang,” ujar Andrew.