Peran Keluarga dalam Deteksi Dini Stunting, Bantu Perbaiki Gizi Anak hingga Cegah Dampak Panjang di Masa Depan

Kamis, 30 Januari 2025 | 16:03 WIB
Peran Keluarga dalam Deteksi Dini Stunting, Bantu Perbaiki Gizi Anak hingga Cegah Dampak Panjang di Masa Depan
Ilustrasi stunting, tinggi badan anak. (Envato Elements)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Stunting masih menjadi tantangan kesehatan yang dihadapi anak Indonesia, dimana 21,6% atau sekitar 1 dari 5 anak di Indonesia masih mengalami stunting. Hal ini dapat menghambat tumbuh kembang dan potensi optimal anak-anak sebagai penerus generasi bangsa Indonesia.

Sayangnya, permasalahan stunting tidaklah berdiri sendiri. Bukan cuma masalah ekonomi, tapi juga lingkungan terdekat anak yang disebut merupakan faktor yang turut memberi pengaruh besar pada persoalan stunting di Indonesia. 

Dokter Spesialis Anak dr. Novitria Dwinanda, SpA(K), mengatakan, terdapat berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan stunting. Antara lain rendahnya pemahaman orangtua tentang stunting sehingga kurang memperhatikan asupannya selama kehamilan.

"Selain itu asupan anak seperti kecukupan ASI dan praktik pemberian makan pendamping (MPASI) yang tidak tepat juga menjadi salah satu faktor. Lainnya ada rendahnya pemantauan tumbuh kembang anak secara rutin karena kesadaran masyarakat dan terbatasnya akses ke fasilitas kesehatan," kata dia.

Sebab, lanjut dr. Novitria, masih banyak orang tua di Indonesia yang sulit menerima kenyataan atau malu jika anaknya terdiagnosa stunting dan cenderung menyangkal diagnosis. Mereka pun menolak untuk dirujuk ke Rumah Sakit agar mendapat penanganan komprehensif. 

Oleh karena itu, penangan anak dengan risiko stunting adalah dengan intervensi keluarga dan lingkungan terdekat anak, serta dibarengi dengan peningkatan pemahaman tentang pemantauan pertumbuhan, pemberian nutrisi tepat, dan pemahan diagnosis stunting sendiri. 

"Hal ini merupakan salah satu upaya penurunan angka stunting di Indonesia. Skrining dan rujukan sangat penting dalam mewujudkan Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS). Sebab, skrining dini menjadi kunci dalam deteksi awal sehingga intervensi cepat dapat dilakukan," lanjutnya lagi.

Skrining, kata dia dr. Novitria, efektif mencakup pengukuran tinggi, berat badan, dan penilaian status gizi untuk memastikan anak tumbuh sesuai standar. Sehingga, deteksi dini memungkinkan penanganan tepat, mengurangi risiko komplikasi, dan memastikan anak mendapatkan perawatan optimal. 

Sedangkan rujukan terapi stunting memastikan anak menerima intervensi yang tepat, seperti suplementasi gizi, perubahan pola makan, dan pemantauan intensif. Melalui rujukan yang tepat, anak dapat mengakses sumber daya yang diperlukan untuk memperbaiki status gizi dan mencegah dampak jangka panjang stunting. 

Baca Juga: Kenapa Minat Baca Anak Muda di Indonesia Masih Rendah?

"Oleh karena itu, keterlibatan berbagai pihak dalam proses ini, mulai dari tenaga kesehatan hingga keluarga, akan sangat berkontribusi pada upaya mewujudkan Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS),” tambah dr. Novitria.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI