Teknologi PFA Untuk Pasien Fibrilasi Atrium Hadir di Indonesia, Heartology Cardiovascular Hospital Jadi Pionir

Vania Rossa Suara.Com
Kamis, 09 Januari 2025 | 07:05 WIB
Teknologi PFA Untuk Pasien Fibrilasi Atrium Hadir di Indonesia, Heartology Cardiovascular Hospital Jadi Pionir
Dr. dr. Faris Basalamah, Sp.JP(K); Dr. dr. Dicky Armein Hanafy, Sp.JP(K); dr. Sunu Budhi Raharjo, Sp.JP(K), PhD ( Suara.com/ Vania)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengobatan kardiovaskular mencatat sejarah baru, di mana Heartology Cardiovascular Hospital, rumah sakit jantung dan pembuluh darah lengkap yang berfokus pada diagnostik, intervensi, bedah jantung dan pembuluh darah, serta aritmia, berhasil menjadi pionir dalam penerapan teknologi canggih Pulsed Field Ablation (PFA) untuk mengatasi Fibrilasi Atrium ( FA).

Seperti kita tahu, penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Selain penyakit jantung koroner, gangguan irama jantung (aritmia) juga memberi kontribusi yang signifikan. Aritmia yang paling banyak ditemukan di masyarakat adalah FA. Diperkirakan jumlah penderita FA di Indonesia mencapai lebih dari tiga juta penduduk, dengan prevalensi yang meningkat dengan semakin bertambahnya usia.

Fibrilasi atrium merupakan gangguan irama jantung yang cukup sering terjadi dan dapat meningkatkan risiko stroke. Selama ini, pengobatan fibrilasi atrium masih memiliki beberapa keterbatasan. Namun, dengan hadirnya teknologi PFA, harapan baru kini terbuka bagi para penderita.

Mengenal Lebih Jauh Fibrilasi Atrium

Baca Juga: Minum Susu Berlebihan Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung Bagi Wanita? Ini Hasil Penelitian Terbaru

Banyak masyarakat belum mengenal apa itu fibrilasi atrium. Ini adalah kondisi ketika serambi (atrium) jantung berdenyut sangat cepat dan tidak beraturan. 

Normalnya, jantung akan berdenyut sekitar 60-100 kali per menit saat kita sedang santai, namun pada kondisi FA, serambi jantung bisa berdenyut lebih dari 400 kali per menit. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah dan gagal jantung. Penggumpalan darah yang terbentuk dapat mengakibatkan terjadinya stroke. Pasien FA mempunyai risiko 4-5 kali lipat mengalami stroke dibanding pasien yang bukan FA. Selain itu, denyut serambi jantung yang super cepat dan tidak teratur juga meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung dan tentunya meningkatkan mortalitas pasien FA.

Dr. dr. Dicky Armein Hanafy, Sp.JP(K), ahli aritmia di Heartology Cardiovascular Hospital, mengungkap faktor pemicu FA.

“Aritmia bisa terjadi karena berbagai faktor, termasuk kelainan struktur jantung, tekanan darah tinggi, gangguan tiroid, atau bahkan efek samping obat-obatan tertentu. Gejala aritmia yang sering dikeluhkan antara lain jantung berdebar (palpitasi), pusing, nyeri dada, atau mudah lelah," katanya saat ditemui di Heartology Cardiovaskular Hospital, Rabu (8/1/2025).

Hal yang sangat penting dilakukan adalah bagaimana deteksi dini dilakukan. Pemeriksaan seperti elektrokardiogram (EKG) atau monitor jantung Holter dapat membantu mendiagnosis aritmia sejak awal sehingga pengobatan bisa lebih efektif.

Baca Juga: Bahaya Berdiri Terlalu Lama, Bisa Picu Risiko Penyakit Jantung?

Tatalaksana fibrilasi atrium meliputi terapi obat-obatan (medikamentosa), kontrol faktor risiko, dan kateter ablasi. Pada pasien yang tidak mempan dengan obat-obatan, perlu dilakukan tindakan kateter ablasi untuk mencegah memburuknya fungsi pompa jantung (gagal jantung), menurunkan risiko stroke dan memperpanjang usia pasien.

Apa itu Teknologi PFA?

Revolusi ratalaksana fibrilasi atrium dengan teknologi Pulsed Field Ablation (PFA) kini hadir di Indonesia. Ini merupakan inovasi mutakhir dalam dunia kardiologi. PFA sendiri merupakan salah satu kategori kateter ablasi (tindakan invasif minimal non-bedah) non-thermal yang bekerja melalui proses electroporation, yaitu pengiriman gelombang listrik pendek yang membuka pori-pori membran sel sehingga jaringan yang ditargetkan dapat dihancurkan dengan aman tanpa mempengaruhi jaringan lainnya. 

Tatalaksana ini berbeda dengan ablasi thermal yang menggunakan energi radio frekuensi, yaitu energi panas untuk menciptakan lesi, atau energi krio (cryo) yang menggunakan energi dingin untuk membekukan jaringan. Oleh karena sifat terapinya yang selektif seperti ini, maka tindakan ablasi dengan PFA ini lebih cepat, lebih efektif dan lebih aman bagi pasien.

Heartology Cardiovascular Hospital dengan bangga mengumumkan bahwa Heartology menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi PFA dalam tatalaksana fibrilasi atrium.

Dr. dr. Faris Basalamah, Sp.JP(K), Direktur Heartology Cardiovascular Hospital, mengatakan bahwa sebagai rumah sakit yang berfokus pada tatalaksana kardiovaskular, Heartology selalu mengedepankan inovasi demi menempatkan kenyamanan dan keamanan pasien sebagai prioritas utama. 

"Kehadiran teknologi PFA di Heartology adalah langkah besar dalam dunia kardiologi untuk membawa layanan kesehatan jantung di Indonesia ke standar internasional," kata Dr. Faris. 

Lebih lanjut, Dr. Faris mengatakan bahwa PFA memiliki keunggulan dibandingkan teknologi ablasi yang sebelumnya dengan tingkat keamanan yang lebih tinggi dengan nilai keampuhan pengobatan setara terhadap pasien atrial fibrilasi 

Keunggulan Teknologi PFA

Tindakan PFA di Heartology Cardiovaskular Hospital dilakukan pada tanggal 28 Desember 2024 pada seorang pasien berusia 65 tahun asal Sumatera Barat yang telah lama mengalami FA. Keluhan yang dirasakan terutama berupa berdebar, dada tidak nyaman dan mudah lelah. Pasien telah menjalani pengobatan FA di daerah asalnya selama beberapa tahun, namun aritmia (FA) nya belum sembuh. Akhirnya dia memutuskan mencari solusi lebih lanjut dan dirujuk oleh dokternya ke Heartology.

Lalu, apa sebenarnya keunggulan PFA? Menjawab pertangaan ini, dr. Sunu Budhi Raharjo, Sp.JP(K), PhD, ahli aritmia di Heartology, menjelaskan bahwa PFA adalah sebuah game changer dalam pengobatan fibrilasi atrium. Tindakan ablasi dengan teknologi PFA lebih cepat, lebih efektif, dan lebih aman bagi pasien.

"Menggunakan mekanisme electroporation untuk menghancurkan jaringan target dengan presisi tinggi tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Teknologi ini tidak hanya lebih aman dibandingkan metode ablasi konvensional, tetapi juga mempercepat waktu prosedur dan pemulihan pasien. Ini berarti pasien dapat kembali menjalani aktivitas mereka dengan lebih cepat dan risiko komplikasi yang lebih rendah," kata dr. Sunu.

Dengan penerapan PFA, Heartology Cardiovascular Hospital semakin memperkokoh posisinya sebagai pelopor dalam pelayanan kardiologi di Indonesia. Teknologi ini menghadirkan harapan baru bagi pasien dengan gangguan irama jantung, sekaligus menegaskan komitmen rumah sakit untuk memberikan perawatan yang berbasis kebutuhan pasien.

Selain teknologi PFA, Heartology sebagai salah satu fasilitas kesehatan spesialistik juga memiliki Arrhythmia & Device Center yang menangani berbagai jenis gangguan irama jantung. Dilengkapi dengan teknologi Sistem Pemetaan 3D HD Grid dan Sistem Ensite-X EP (pertama di Indonesia) dengan kemampuan pencitraan canggih dan mampu menavigasi titik sumber aritmia jantung secara tiga dimensi (3D) dan real time.

"Namun kami juga percaya bahwa keberhasilan ini tidak hanya terletak pada teknologi, tetapi juga kerja sama tim yang solid antara dokter, tenaga medis, dan seluruh pihak yang terlibat dalam memberikan pelayanan terbaik bagi pasien," tutup Dr. Faris.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI