Tantangan Kesehatan Indonesia: Pencegahan dan Terapi untuk Penyintas TB dan Penyakit Paru Kronis

Kamis, 26 Desember 2024 | 16:07 WIB
Tantangan Kesehatan Indonesia: Pencegahan dan Terapi untuk Penyintas TB dan Penyakit Paru Kronis
Ilustrasi tuberkulosis. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indonesia memiliki tantangan kesehatan besar terkait prevalensi penyakit menular yang menyumbang angka hingga 21% kematian. Salah satunya adalah kondisi yang masih sering dihadapi oleh para penyintas tuberkulosis (TB).

Pasalnya, mereka sering mengalami penyakit paru kronis terkait TB dikenal dengan Post TB-Lung Disease (PTLD). Menurut WHO, dari hampir 66 juta orang yang berhasil selamat dari TB antara tahun 2000-2020, lebih dari setengahnya mengalami dampak jangka panjang seperti PTLD, yang menjadi salah satu penyebab utama penyakit paru kronis.

Kondisi ini menurunkan kualitas hidup pasien dengan gejala gangguan pernapasan dan masalah psikososial. Oleh karena itu, pencegahan melalui vaksinasi untuk mengurangi risiko infeksi tambahan pada pasien dengan PTLD.

Seperti vaksin Herpes Zoster dan RSV penting untuk membantu meningkatkan kualitas hidup dan mengoptimalkan sumber daya pelayanan kesehatan dalam penanganan tuberkulosis.

Baca Juga: 5 Pengobatan untuk Radang Paru-paru dengan Obat Herbal yang Terbukti Efektif

"Pengembangan vaksin inovatif adalah langkah penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, namun hal ini harus diiringi oleh sistem pendukung yang kuat agar inovasi tersebut dapat diimplementasikan secara luas dan efektif," kata Manish Munot, General Manager & Presiden Direktur GSK Indonesia dalam acara Kongres Dunia tentang Kesehatan Paru (World Lung Congress) di Bali beberapa waktu lalu.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kapabilitas peneliti lokal di bidang kesehatan melalui kemitraan dari GSK Global Health untuk platform Open Lab Foundation, yang memberikan akses fasilitas, pelatihan internasional, serta mendorong kolaborasi ilmiah.

Platform ini juga membuka peluang uji klinis guna mempercepat pengembangan solusi kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. 

Pemerintah memiliki peluang besar untuk memperkuat upaya ini dengan melanjutkan pembelajaran dari pandemi, termasuk peningkatan laju vaksinasi untuk orang dewasa dengan mempermudah akses vaksin bagi masyarakat.

Selain vaksinasi, GSK juga mendukung pencegahan terhadap perburukan penyakit melalui terapi inovatif seperti pengobatan untuk pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Asma, yang diharapkan dapat menekan angka rawat inap dan mengurangi biaya ekonomi akibat komplikasi penyakit pernapasan tersebut.

Baca Juga: Kemenkes Siapkan 1.574 Posko Kesehatan di Seluruh Indonesia Selama Nataru, Pelayanan Dipastikan 24 Jam

Manish menambahkan untuk memberikan dampak positif ini, GSK Indonesia sudah meluncurkan setidaknya satu inovasi produk setiap 6 bulan sepanjang 2024 untuk memperluas akses terhadap obat-obatan dan vaksin inovatif bagi pasien.

"Termasuk pengobatan untuk PPOK dan Asma, percepatan ketersediaan vaksin inovatif untuk pencegahan penyakit menular pada semua usia, khususnya untuk kelompok rentan beresiko tinggi seperti lanjut usia (lansia), pasien dengan riwayat penyakit penyerta atau kondisi imunokompromais," ujarnya.

Harapannya, masyarakat Indonesia dapat memiliki akses yang setara terhadap inovasi seperti di negara maju untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik dan dapat menua dengan sehat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI