Suara.com - Program makan bergizi gratis tidak hanya jadi ajang memperbaiki status nutrisi anak Indonesia, tapi juga bisa digunakan untuk menanamkan nilai budaya dengan cara menceritakan dongeng di sekolah.
Saran ini diberikan Ketua Umum Indonesian Gastronomy Community (IGC), Ria Musiawan yang berharap cerita rakyat turun menurun alias folklor bisa kembali digalakan dan disebarkan kepada anak di masa kini.
Apalagi Indonesia memiliki beragam folklor yang melegenda seperti Timun Mas, Keong Mas, Sangkuriang, Malin Kundang dan masih banyak lagi yang di dalamnya sarat pesan dan nilai budaya untuk anak Indonesia.
"Folklor dianggap tidak relevan lagi, dan mereka kerap mencontoh apa yang dibuat oleh gurunya, mereka ingin real. Tetapi folklor adalah budaya rakyat, cerita rakyat yang turun temurun. Selain itu ada juga Dewi Sri, Timun Mas dan sebagainya, itu local wisdom yang mau kita perkenalkan lagi kepada anak-anak," ujar Ria dalam acara Program Edukasi Pendidikan Karakter Berorientasi Gastronomi Indonesia di Jakarta, Sabtu (14/12/2024).
Baca Juga: Anak Papua Makan Bergizi dalam 6 Bulan Terakhir, Angka Literasi Naik hingga 33%
Bukan cuma itu kata Ria, program makan bergizi gratis juga sebaiknya dijadikan kesempatan untuk mengajarkan pentingnya menghabiskan makanan. Sehingga nantinya, anak Indonesia tidak menciptakan food waste alias sampah makanan sehingga makanan yang diberikan pemerintah bisa habis tak tersisa.
Namun alih-alih mengajarkan dengan cara kaku dan bahasa yang berat, menyampaikan dengan pendekatan folklor atau cerita rakyat bisa jadi solusi, khususnya pada anak Sekolag Dasar (SD).
"Jadi dari sisi gastronomi ingin pertama tadi ada food save, disinggung makanan kalau bisa tidak bersisa. Itu juga sebenarnya sudah menjadi nilai budaya kita turun menurun," paparnya.
"Seperti ada yang bilang dulu kita ada cerita nanti kalau nggak habis makanannya nangis loh, itu kan sebenarnya adalah cerita rakyat yang turun temurun, sudah diceritakan orangtua kita, nenek kita," sambung Ria.
Hal senada juga disampaikan Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Veronica Tan yang mengatakan pendidikan karakter anak Indonesia tidak hanya bisa dilihat dari pelajaran semata, tapi juga kegiatan lain seperti kegiatan makan bersama dibarengi dengan gizi seimbang, baik di rumah maupun di sekolah.
Baca Juga: Kisah Kelingking Mengusir Nenek Raksasa dalam Buku Cerita Rakyat Nusantara
"Pada prinsipnya, ibu harus tahu apakah dia mampu mengurus anaknya, karena pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Maka ibu tidak bisa hanya melahirkan saja, namun memahami bahwa dia bisa menjadikan anak yang berguna bagi bangsa," ungkap Veronica.
Di sisi lain, Ketua Dewan Pembina IGC, Prof Nila Moeloek mengatakan program makan bergizi gratis ini bisa digunakan untuk membuat sumber daya manusia (SDM) Indonesia lebih berkualitas, karena pendidikan karakter generasi penerus bangsa bisa dimulai dari meja makan termasuk saat di sekolah.
”Anak yang dibangun hari ini akan menjadi fondasi dari bangsa yang kuat di masa depan. Dengan makan di meja sekolah, anak-anak belajar tentang disiplin, rasa hormat dan kerjasama dalam membangun solidaritas," jelas Prof. Nila.