1 dari 3 Balita Alami Konstipasi, karena Kekurangan Prebiotik?

Minggu, 22 Desember 2024 | 16:40 WIB
1 dari 3 Balita Alami Konstipasi, karena Kekurangan Prebiotik?
Ilustrasi Anak Alami Konstipasi atau Sembelit (Dok. Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Konstipasi atau sembelit merupakan gangguan pencernaan yang sering terjadi pada anak, sekitar 29,6% anak di dunia pernah mengalaminya. Begitupun di Indonesia, 1 dari 3 anak toddler mengalami konstipasi. 

Disebutkan dr. Ezy Barnita Sp.A(K), Dokter Anak Konsultan Gastrohepatologi, dari seluruh kasus anak yang dirujuk dengan konstipasi ini, 95% kasus merupakan konstipasi fungsional. 

Masalah konstipasi yang dialami oleh Si Kecil, kata dia disebabkan oleh banyak faktor. Seperti pergerakan ususnya yang lambat, perubahan pola makan, menunda buang air besar karena sedang bermain, sengaja menahan buang air besar (holding-on behavior) karena punya pengalaman buruk pada saat proses toilet training dan perubahan lingkungan toilet atau takut menggunakan toilet umum. 

"Konstipasi pada anak-anak tidak dapat dianggap sepele. Saat awal keluhan konstipasi menimbulkan gejala seperti sakit perut, anak menolak makan, tidur terganggu karena anak lapar, selain menjadi lebih rewel," jelas dia dalam siaran pers Bebelac memperingati Constipation Awareness Month, yang Suara.com terima belum lama ini.

Apabila dibiarkan, lanjut dr. Ezy, kondisi ini dapat memicu perubahan perilaku seperti mudah tersinggung, agresif, kasar, bahkan tantrum akibat anak tidak lancar buang air besar. Masalah ini juga dapat menyebabkan gejala fisik seperti kelesuan serta nafsu makan yang buruk pada anak. 

Orang tua sering mengasumsikan kalau konstipasi akan menghilang dengan sendirinya. Namun menurut studi, prevalensi konstipasi tidak berkurang secara signifikan seiring beranjak dewasa. 

Banyak anak-anak yang masih mengalami konstipasi hingga remaja dan dewasa. Sekitar 43% anak mengalaminya selama lebih dari 5 tahun. Sementara itu, 26% dewasa muda mengalami konstipasi sejak masa kanak-kanak. 

Jika terus berlanjut, masalah konstipasi pada anak dapat menghambat dan mempengaruhi tumbuh kembang Si Kecil. Oleh karena itu, konstipasi perlu dicegah, salah satunya dengan asupan serat prebiotik yang cukup.

"Kurangnya asupan serat prebiotik akan membuat feses yang dihasilkan oleh saluran pencernaan menjadi lebih keras dan sulit dikeluarkan oleh tubuh," jelas dia lagi.

Baca Juga: Agar Anak Tidak Stunting, Veronica Tan Ingatkan Bumil Selalu Konsumsi Makanan Bergizi

Sayangnya, 9 dari 10 anak tidak mampu memenuhi asupan serat prebiotik hariannya. Padahal prebiotik berperan dalam mendukung pertumbuhan dan aktivitas mikrobiota usus (bakteri baik), yang kemudian dapat memberikan dampak positif pada perbaikan konsistensi feses, jumlah waktu buang air besar, dan kembung.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI