Simak Tips dan Pengobatan Dispepsia dari IDI Betun

Kamis, 19 Desember 2024 | 14:00 WIB
Simak Tips dan Pengobatan Dispepsia dari IDI Betun
Ilustrasi gangguan pencernaan. (Dok: IDI)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menurut informasi dari idibetun.org, salah satu penyakit dan gangguan pencernaan dapat menyerang area di sekitar perut, dikenal sebagai dispepsia. Gejala gangguan pencernaan yang dikenal sebagai dispepsia adalah rasa tidak nyaman di perut, seperti kembung, nyeri ulu hati, dan perut terasa penuh.

IDI adalah singkatan dari Ikatan Dokter Indonesia. Organisasi ini merupakan wadah profesi bagi para dokter di Indonesia. IDI Betun berperan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui pelayanan medis yang lebih inovatif serta peningkatan edukasi kesehatan.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Betun saat ini adalah dr. Ahmad Syahrir. Ia dilantik untuk masa bakti 2022-2025. Dalam perannya, dr. Ahmad berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di wilayah Betun serta memperkuat kolaborasi antara dokter dan pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat.

Ikatan Dokter Indonesia saat ini telah fokus untuk melakukan penelitian lanjutan terkait penyakit dispepsia sertai pengobatan yang tepat bagi penderitanya.

Baca Juga: 8 Obat Alami dalam Mengatasi Perut Kembung yang Bisa Dicoba di Rumah

Apa saja penyebab seseorang mengidap gangguan dispepsia?

Dilansir dari laman https://idibetun.org, dispepsia menjadi sebuah kondisi yang ditandai oleh ketidaknyamanan atau nyeri di area perut atas. Penyebab terjadinya dispepsia dapat bervariasi dan sering kali terkait dengan gaya hidup serta kondisi medis tertentu. Berikut adalah beberapa penyebab utama dispepsia meliputi:

1. Pola makan serta gaya hidup tidak sehat

Ketidaknyamanan perut dapat disebabkan oleh konsumsi makanan yang berlebihan atau terburu-buru. Selain itu, merokok terlalu sering juga dapat merusak lapisan pelindung lambung dan meningkatkan produksi asam lambung, yang merupakan alasan utama dispepsia.

2. Kelebihan berat badan

Baca Juga: 6 Tips Ampuh untuk Mengatasi Gejala Perut Kembung saat Menstruasi

Obesitas adalah kondisi medis di mana tubuh menyimpan lemak yang berlebihan, yang dapat mengganggu kesehatan. Kelebihan berat badan memang termasuk dalam berbagai jenis penyakit. Berlebihan berat badan meningkatkan tekanan pada lambung dan risiko dispepsia.

3. Adanya infeksi bakteri

Salah satu bakteri yang dapat menginfeksi adalah Helicobacter pylori, yang sering menyebabkan gastritis dan tukak lambung, yang dapat menyebabkan dispepsia.

4. Stres dan kecemasan

Ketika seseorang menghadapi kesulitan atau perubahan lingkungan, mereka mengalami stres, yang merupakan reaksi fisik dan emosional. Tingkat stres yang tinggi dapat memicu peningkatan produksi asam lambung, yang berkontribusi terhadap gejala dispepsia

Apa saja obat yang direkomendasikan untuk mengobati dispepsia?

Untuk mengatasi dispepsia, terdapat beberapa jenis obat yang dapat direkomendasikan berdasarkan penyebab dan gejala yang dialami. Berikut adalah obat-obatan yang umum digunakan untuk mengobati dispepsia meliputi:

1. Obat Antasida

Sakit lambung dapat diobati dengan obat antasida, seperti magnesium hidroksida, karena mereka benar-benar dapat meredakan gejala dispepsia dengan mengurangi asam lambung. Dosis biasanya antara 500 dan 1000 mg, yang konsumsi setelah makan dan sebelum tidur.

2. Obat Cimetidine

Cimetidine diberikan kepada pasien dengan insufisiensi pankreas untuk mengurangi pembentukan asam lambung dan untuk mengurangi pemecahan suplemen enzim pankreas. Gastricon tersedia dalam bentuk tablet.

3. Obat Prokinetik

Obat ini membantu mempercepat pengosongan lambung, yang bisa bermanfaat bagi pasien dengan gejala mual atau rasa penuh di perut. Contoh obat prokinetik seperti metoklopramid yang dapat dikonsumsi sebanyak 10 mg tiga kali sehari.

Sebelum memulai pengobatan, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan diagnosis yang tepat dan mendapatkan rekomendasi pengobatan yang sesuai dengan kondisi individu pasien.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI