Shisha: Tembakau yang dipakai dalam shisha seringkali dicampur dengan rasa buah, gula, ataupun bahan lainnya yang memberikan rasa manis.
Vape: Vape menggunakan e-liquid yang mengandung nikotin (untuk jenis yang mengandung nikotin) atau tanpa nikotin. E-liquid biasanya terbuat dari propilen glikol, gliserin nabati, serta perasa.
3. Kesehatan
Shisha: Meskipun beberapa orang percaya bahwa asap dari shisha lebih aman karena disaring melalui air, namun penelitian menunjukkan bahwa shisha tetap mengandung zat berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru, jantung, dan sistem pernapasan. Menggunakan shisha dalam waktu yang lama juga dapat berisiko untuk kanker.
Vape: Vape dianggap lebih aman daripada rokok konvensional karena tidak mengandung tar atau banyak bahan kimia berbahaya. Namun, penelitian terus berlanjut untuk mengetahui apa saja dampak jangka panjang penggunaan vape, dan ada kekhawatiran terkait risiko kesehatan dari penggunaan nikotin serta bahan kimia dalam e-liquid.
4. Harga
Dari segi harga, perbedaan antara shisha dan vape pada umumnya dapat dilihat dalam beberapa aspek, seperti harga perangkat itu sendiri, biaya pemeliharaan, dan biaya bahan baku yang digunakan. Shisha memerlukan investasi awal yang lebih tinggi untuk alat shisha itu sendiri, dan biaya per sesi lebih tinggi, terutama karena penggunaan arang dan tembakau yang banyak. Sedangkan vape memiliki biaya awal yang lebih rendah untuk perangkat. Tetapi harga e-liquid dan pemeliharaan seperti penggantian coil juga harus diperhitungkan dalam jangka panjang. Sementara itu, biaya per sesi vape bisa lebih murah, tergantung pada frekuensi penggunaan.
Shisha dan vape memang memiliki perbedaan dalam cara penggunaan, bahan, dan potensi dampak kesehatan, hingga soal harganya. Meski begitu, keduanya sama-sama berisiko bagi kesehatan pengguna dalam jangka panjang. Bagaimana menurut pendapat Anda?
Kontributor : Rishna Maulina Pratama
Baca Juga: PPN Naik Jadi 12 Persen Dinilai Paradoks, YLKI: Harusnya Naikan Cukai Rokok dan Minuman Manis