Obat Penyakit Kardiovaskular Berpotensi Cegah Risiko Demensia? Ini Faktanya

Riki Chandra Suara.Com
Kamis, 21 November 2024 | 15:04 WIB
Obat Penyakit Kardiovaskular Berpotensi Cegah Risiko Demensia? Ini Faktanya
Foto oleh Kindel Media dari Pexels
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Studi terbaru dari Karolinska Institute, Swedia, mengungkap bahwa obat kardiovaskular yang digunakan dalam jangka panjang dapat membantu menurunkan risiko demensia.

Penelitian ini menyoroti manfaat penggunaan obat selama lebih dari lima tahun terhadap pencegahan gangguan kognitif.

“Studi sebelumnya berfokus pada obat-obatan individual dan kelompok pasien tertentu, tetapi dalam penelitian ini, kami mengambil pendekatan yang lebih luas,” ungkap Alexandra Wennberg, penulis utama studi itu dilaporkan Medical Daily, dikutip dari Antara, Kamis (21/11/2024).

Penelitian ini melibatkan analisis data dari sekitar 88.000 individu berusia di atas 70 tahun yang didiagnosis menderita demensia antara 2011 dan 2016, serta 880.000 peserta kontrol. Data penggunaan obat kardiovaskular oleh peserta diperoleh dari Swedish Prescribed Drug Register.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan obat antihipertensi, penurun kolesterol, diuretik, dan pengencer darah dalam jangka panjang dikaitkan dengan penurunan risiko demensia antara 4 hingga 25 persen.

Bahkan, kombinasi dari obat-obatan ini terbukti memberikan efek perlindungan yang lebih signifikan dibandingkan jika digunakan secara terpisah.

Namun, peneliti mencatat adanya peningkatan risiko demensia pada penggunaan obat antiplatelet untuk pencegahan stroke. Hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya risiko perdarahan mikro di otak yang berkontribusi pada penurunan fungsi kognitif.

"Temuan ini memberikan gambaran penting untuk mengeksplorasi pengembangan pengobatan baru bagi demensia, meskipun diperlukan penelitian lanjutan,” kata Wennberg.

Peneliti juga menekankan perlunya mempertimbangkan potensi efek jangka panjang saat meresepkan obat antiplatelet, terutama mengingat penggunaannya yang luas. Hal ini penting untuk memahami dampak negatifnya terhadap hasil kognitif pasien.

"Saat ini kami tidak memiliki obat untuk demensia, sehingga langkah pencegahan sangat penting," katanya.

Studi ini menjadi pijakan baru dalam memahami hubungan antara obat kardiovaskular dan pencegahan gangguan kognitif, sekaligus membuka peluang baru untuk pengobatan di masa depan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI