Suara.com - Dalam beberapa tahun belakangan, masalah kesehatan mental menjadi salah satu topik yang banyak dibahas, terutama oleh generasi muda. Data Survei Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) Tahun 2022, satu dari tiga remaja (34,9 persen ) atau sekitar 15,5 juta remaja mengalami masalah kesehatan mental.
Tetapi, hanya 2,6 persen yang mengakses fasilitas kesehatan mental atau konseling. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya upaya bersama untuk lebih meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan mental, baik itu bagi diri sendiri, keluarga, dan orang di lingkungan sekitar.
“Kesehatan mental merupakan masalah serius yang perlu mendapat perhatian khusus. Untuk itu, peran keluarga dan lingkungan yang sehat dibutuhkan dalam menciptakan kondisi perkembangan dan kesejahteraan anak yang sehat mental. Untuk melindungi kesehatan mental anak dan remaja, Kemen PPPA telah memiliki layanan Puspaga (Pusat Pembelajaran Keluarga) yang saat ini berjumlah 301 di Indonesia," ujar Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Veronica Tan, saat peluncuran Program Kesehatan Mental TikTOk bersama WHO Indonesia, di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, Kamis, (15/11/2024).
Ia menjelaskan, keberadaan Puspaga diharapkan menjadi garda terdepan untuk memberikan layanan konseling awal, hingga didorong untuk memberikan rujukan ke layanan kesehatan mental dan psikososial.
Baca Juga: Cara Dapat Mod Bussid Mata Elang, Game Populer Baru yang Berikan Pengalaman Jadi Polisi
"Kami mengapresiasi TikTok sebagai platform yang populer di kalangan anak muda menaruh perhatian yang besar melalui program ini. Saya yakin program ini memiliki visi yang sama dengan kami, yaitu menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mendukung mental yang sehat," ungkap Veronica Tan, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI.
Program Kesehatan Mental TikTok bersama WHO di Indonesia ini memiliki harapan untuk meningkatkan akses serta saran yang kredibel terkait kesehatan mental untuk komunitas di Indonesia.
Oleh karena itulah, program ini meliputi pembuatan konten dari para kreator lokal di jaringan Fides untuk menerjemahkan penelitian ilmiah yang kompleks menjadi konten video yang mudah dimengerti dari berbagai macam topik di bidang kesehatan.
Pendekatan ini sejalan dengan data riset dari YouGov berkolaborasi dengan TikTok pada tahun 2022, di mana sebanyak 77 persen responden di Indonesia merasa nyaman berbicara tentang kesehatan mental. Lebih dari sebagian memilih untuk bercerita ke sesama anggota keluarga, dan 52% bercerita ke tenaga profesional seperti psikolog, sementara 40 persen meminta bantuan dan saran tentang kesehatan mental ke teman dekat.
"Sebagai platform, kami ingin terus meningkatkan kesadaran seputar kesehatan mental. Program Kesehatan Mental TikTok bersama WHO di Indonesia membantu kami mewujudkan hal tersebut. Keterlibatan dari para kreator di jaringan Fides dan Mindful Makers, serta dukungan pemerintah dan organisasi nirlaba Into The Light pun turut melengkapi upaya kolektif kami dalam menciptakan lingkungan yang semakin mendukung percakapan tentang kesehatan mental dengan bekal informasi yang kredibel," ungkap Public Policy & Government Relations, TikTok Indonesia, Marshiella Pandji.
Baca Juga: Prediksi Robby Darwis: Timnas Indonesia vs Jepang, Kevin Diks Jadi Kunci?
Ia melanjutkan, bahwa mereka percaya bahwa pendekatan kolaboratif antara platform digital, pemerintah, kreator, dan organisasi nirlaba menjadi sangat penting karena kompleksitas isu kesehatan mental tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja.
Dr. Momoe Takeuchi, Deputi Perwakilan WHO untuk Indonesia ikut menyuarakan semangat kolaboratif dalam program ini. "Jaringan Fides WHO merupakan sumber yang berharga untuk mempromosikan informasi kesehatan mental yang kredibel di platform media sosial, termasuk TikTok. Kami berharap program ini akan mendorong kaum muda untuk merasa lebih nyaman berdiskusi dan mencari dukungan terkait kesehatan mental, yang secara tidak langsung berkontribusi pada masa depan yang lebih sehat," ungkapnya.