Gangguan Mental Memperburuk Kondisi Diabetes? Ini Penjelasan Dokter

Riki Chandra Suara.Com
Jum'at, 15 November 2024 | 06:15 WIB
Gangguan Mental Memperburuk Kondisi Diabetes? Ini Penjelasan Dokter
Ilustrasi diabetes (pexels.com/PhotoMIX Company)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gangguan kesehatan mental seperti stres dan kecemasan dapat berdampak negatif pada penderita diabetes, terutama dengan meningkatkan kadar gula darah.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin dan metabolik, Rulli Rosandi, keterkaitan antara kondisi mental dan diabetes ini harus mendapat perhatian khusus, terutama bagi penderita diabetes tipe 1 dan tipe 2.

Rulli menyebutkan, data dari International Diabetes Federation (IDF) yang menunjukkan bahwa tiga dari empat penderita diabetes mengalami kecemasan dan depresi setelah diagnosis, sementara empat dari lima penderita merasa burnout akibat kondisi tersebut.

"Kondisi mental ini sangat berpengaruh pada diabetes," ujarnya, Kamis (14/11/2024).

Ia menjelaskan bahwa saat seseorang mengalami stres, tubuh akan memproduksi hormon kortisol, yang efeknya berlawanan dengan insulin.

Hormon kortisol ini mengakibatkan peningkatan kadar gula darah, karena hormon tersebut merangsang hati untuk menghasilkan lebih banyak glukosa dan menurunkan sensitivitas sel terhadap insulin.

"Kortisol akan meningkatkan gula darah saat seseorang stres," katanya.

Dalam jangka panjang, kondisi stres ini bisa menyebabkan resistensi insulin, yaitu keadaan di mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif.

Pada penderita diabetes tipe 2, stres kronis dan tingginya kadar kortisol dapat memperparah resistensi insulin, sedangkan pada penderita diabetes tipe 1, stres bisa memicu fluktuasi kadar gula darah yang lebih ekstrem.

Selain itu, Rulli menambahkan bahwa obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi gangguan mental, seperti antipsikotik, juga bisa memperburuk kondisi diabetes.

"Obat antipsikotik dapat menyebabkan gula darah tinggi, terutama pada pasien dengan gangguan mental yang parah," ujarnya.

Ia menyarankan agar pasien dengan diabetes yang juga memiliki gangguan mental berkonsultasi dengan psikiater untuk memilih jenis obat yang lebih aman.


"Pilih obat antipsikotik generasi baru yang lebih kecil kemungkinannya menyebabkan peningkatan gula darah," imbuhnya.

Keterkaitan antara kesehatan mental dan diabetes ini menegaskan pentingnya penanganan terpadu antara kesehatan fisik dan mental. Penanganan komprehensif bisa membantu penderita diabetes menjalani hidup yang lebih sehat dan terkendali. (antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI