Studi pemodelan ekonomi kesehatan tentang efektivitas biaya skrining universal untuk hipotiroidisme pada ibu hamil di Indonesia menyimpulkan bahwa skrining universal lebih hemat biaya daripada skrining berisiko tinggi atau tanpa skrining. Hal ini menghasilkan penghematan biaya sebesar 1,4 triliun Rupiah dibandingkan dengan tanpa skrining dan 801 miliar Rupiah dibandingkan dengan skrining berisiko tinggi.
Program skrining kesehatan untuk tiroid ini ternyata juga menjadi salah satu tugas yang diberikan oleh Presiden Prabowo kepada Kementerian Kesehatan untuk dilakukan. Menurut Wakil Menteri Kesehatan, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD., Ph.D. hingga September 2024, sebanyak 1,7 juta bayi baru lahir telah menjalani skrining hipotiroid kongenital. Skrining ini penting untuk mencegah risiko gangguan tumbuh kembang dan penurunan kecerdasan pada bayi.
Alexandre de Muralt, Senior Vice President, Merck Healthcare APAC, mengatakan bahwa pihaknya mendukung White Paper Tiroid oleh Economist Impact, yang memberikan gambaran menyeluruh mengenai tantangan utama dan kesenjangan kebijakan untuk mengatasi penyakit tiroid di Asia Pasifik.
White Paper “Closing the gap Prioritising thyroid disease in Asia-Pacific” disusun untuk meningkatkan kesadaran tentang penyakit tiroid, khususnya hipotiroidisme, serta dampaknya terhadap kesehatan, kualitas hidup, dan ekonomi masyarakat di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik. Dengan menghadirkan data dan hasil riset yang komprehensif, dokumen ini bertujuan untuk memberikan dasar ilmiah bagi pembuat kebijakan dalam memahami pentingnya deteksi dini dan skrining penyakit tiroid, terutama pada kelompok berisiko tinggi seperti ibu hamil dan bayi baru lahir.
Skrining universal diharapkan dapat mencegah dampak jangka panjang dari penyakit tiroid yang tidak terdiagnosis, sehingga dapat mengurangi beban kesehatan dan ekonomi bagi individu dan masyarakat.