Suara.com - Banyak perempuan takut menjalani biopsi untuk kanker payudara, karena ada anggapan tindakan tersebut bisa menyebabkan sel kanker semakin menyebar. Benarkah seperti itu?
Anggapan ini langsung dibantah Dokter Spesialis Patologi Anatomi MRCCC Siloam Hospital Semanggi, dr. Fajar Lamhot Gultom, Sp.PA yang mengatakan biopsi tidak akan menyebabkan kanker atau membuat sel kanker menyebar lebih cepat.
Menurut dr. Fajar jika jaringan diduga kanker yang diambil berada di bawah kulit, maka tindakan biopsi hanya perlu menggunakan jarum halus. Sedangkan penggunaan jarum halus ini tidak akan membuat sel kanker menyebar, bahkan pasien tidak akan merasakan sakit karena menggunakan anestesi topikal alias obat baal (mati rasa) dengan cara di semprot.
"Jadi memang kebanyakan dari orang awam yang ketakutan dan mengira setelah di biopsi kankernya bisa menyebar. Sampai sekarang tidak terbukti bahwa jarum halus akan menyebabkan penyebaran sel kanker, apalagi prosedur ini akan dilakukan dengan dokter yang kompeten," ungkap dr. Fajar acara diskusi Early Breast Cancer Academy of Excellences oleh Roche Indonesia di MRCCC Siloam Hospital Semanggi, Jakarta Sabtu (26/10/2024).
Baca Juga: Nunung Srimulat Punya Anak Berapa? Sang Komedian Merasa Dilupakan di Tengah Berjuang Lawan Kanker
Biopsi adalah prosedur medis untuk mengambil sampel jaringan, sel, atau cairan tubuh untuk diperiksa di laboratorium, termasuk untuk menegakkan diagnosis benjolan di tubuh pasien, apakah tumor jinak atau ganas alias kanker.
Tapi jika biopsi dilakukan dengan metode pembedahan karena jaringan yang perlu diperiksa berada jauh di bawah kulit, dr. Fajar meminta pasien tidak perlu khawatir karena tindakan dilakukan oleh dokter spesialis onkologi atau ahli kanker berpengalaman.
"Pembedahan akan dilakukan dengan dokter bedah yang kompeten, mereka sangat paham bagaimana pembedahan onkologi jadi tidak akan ada penyebaran. Jadi tidak perlu takut untuk melakukan biopsi kalau memang terindikasi," paparnya.
Adapun ketakutan masyarakat terhadap pemeriksaan kanker seperti biopsi, jadi salah satu penyebab mayoritas atau 70 persen kanker payudara di Indonesia ditemukan saat sudah stadium lanjut, sehingga angka harapan hidup pasien rendah.
Sedangkan jika pasien kanker ditemukan di tahap prakanker atau stadium awal 0 hingga 1, dan angka harapan hidup tinggi yang akhirnya membuat kualitas hidup pasien kanker jadi lebih baik.
Baca Juga: Testing HER2 di Indonesia Apakah Cukup Memadai?
Ini juga jadi alasan EBC Academy Excellence digelar Roche Indonesia bekerjasama dengan Siloam Hospitals sesuai dengan arahan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO melalui Global Breast Cancer Initiative (GBCI).
"Inisiatif ini menekankan soal pentingnya diagnosis dini, dan memiliki target untuk menurunkan angka kematian akibatnker payudara sebesar 2,5 persen per tahun, sehingga dapat menyelamatkan hingga 2,5 juta jiwa dalam dua dekade mendatang," jelas Perwakilan PT Roche Indonesia Pharmaceutical, Febby Ramaun.
Hingga saat ini kanker payudara jadi penyebab kematian tertinggi kedua akibat kanker setelah kanker paru di dunia. Namun pada perempuan, kanker payudara menyebabkan kematian tertinggi akibat kanker di dunia. Ini sebagaimana data Globocan 2022, ada 66.271 atau 30,1 persen kasus dengan angka kematian 22.598 atau 9,3 persen akibat kanker payudara di Indonesia.