Karena tidak mengandung zat berbahaya, kemasan ini dapat digunakan dengan berbagai jenis obat tanpa risiko reaksi kimia yang tidak diinginkan. Ini memudahkan tenaga kesehatan dalam penyimpanan dan pemberian obat.
5. Lebih Praktis dan Mudah Digunakan
Desain kemasan semi-rigid container memastikan kemudahan dalam penggunaan di lapangan. Tenaga kesehatan dapat menangani obat dengan lebih efisien dan cepat, terutama dalam situasi darurat, tanpa mengorbankan keamanan.
6. Mendukung Inisiatif Keberlanjutan Nasional
Adopsi kemasan ramah lingkungan mendukung target nasional untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060. Pengurangan emisi karbon dan limbah medis menjadi langkah penting dalam mendukung lingkungan yang lebih sehat di masa depan.

7. Mendorong Inovasi Teknologi Hijau
Penggunaan kemasan ini juga memacu perusahaan farmasi untuk terus berinovasi dalam memadukan teknologi modern dengan pendekatan ramah lingkungan. Ini tidak hanya berdampak pada produk yang lebih baik, tetapi juga memberi contoh bagi industri lain untuk mengikuti jejak keberlanjutan.
Pada tahun ini, B. Braun Indonesia meluncurkan cairan infus analgesik-antipiretik dengan kemasan semi-rigid container yang inovatif. Kemasan ini dirancang untuk memberikan solusi medis yang aman, praktis, dan efektif bagi tenaga kesehatan. Namun, yang membuatnya lebih menonjol adalah pendekatannya yang ramah lingkungan. Kemasan ini menggunakan material polietilen bebas PVC, DEHP, dan lateks, yang tidak hanya aman bagi kesehatan, tetapi juga ramah lingkungan karena lebih mudah terurai.
Inisiatif B. Braun Indonesia dalam memproduksi obat-obatan dengan kemasan ramah lingkungan merupakan bagian dari visi global perusahaan untuk melindungi kesehatan masyarakat sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Langkah ini juga mendukung target nasional Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060.
Baca Juga: Caravan Epson: Dorong Edukasi Printer Perkanotran Ramah Lingkungan dengan Mobilitas Maksimal
Selain itu, B. Braun Indonesia juga mendukung pengurangan jejak karbon melalui penggunaan energi terbarukan di fasilitas produksinya di Cikampek, Jawa Barat. Fasilitas ini dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang mampu menyuplai sekitar 20-30% kebutuhan listrik pabrik. Dalam empat bulan pertama operasinya, PLTS ini telah mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 705 ton, sebuah kontribusi besar bagi keberlanjutan lingkungan.