Suara.com - Kardiomiopati adalah penyakit serius pada otot jantung yang menyebabkan jantung tidak berfungsi optimal dalam memompa darah ke seluruh tubuh.
Dokter jantung dari Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk, Leonardo Paskah Suciadi mengatakan, kardiomiopati sering kali berkembang tanpa menunjukkan gejala pada awalnya, sehingga banyak pasien baru menyadari penyakit ini saat sudah memasuki tahap lanjut.
"Kondisi ini sering terjadi pada usia muda, terutama di rentang usia 30 hingga 40 tahun," ungkapnya, Selasa (24/9/2024).
Atas dasar itu, penting untuk mengenali jenis-jenis kardiomiopati serta gejalanya agar dapat mendeteksi penyakit ini sejak dini.
Berikut jenis-Jenis Kardiomiopati, dikutip dari Antara.
1. Kardiomiopati Dilatasi
Ini adalah jenis yang paling umum, ditandai dengan pelemahan otot jantung yang menyebabkan ruang jantung membesar dan tidak mampu memompa darah dengan efektif. Gejalanya meliputi sesak napas, cepat lelah, dan pembengkakan di kaki atau perut.
2. Kardiomiopati Hipertrofik
Pada jenis ini, otot jantung, terutama ventrikel kiri, mengalami penebalan berlebihan yang membuat dinding jantung kaku. Gejala yang umum ditemukan adalah nyeri dada, jantung berdebar, serta pingsan saat beraktivitas.
3. Kardiomiopati Restriktif
Tipe ini lebih jarang ditemukan, namun ditandai dengan pengerasan otot jantung tanpa penebalan dinding. Kondisi ini sering menyebabkan gagal jantung dengan gejala yang berat dan sulit diobati.
4. Kardiomiopati Aritmogenik
Penyakit ini menyebabkan jaringan otot jantung digantikan oleh jaringan lemak atau fibrosa, terutama di bilik kanan jantung. Kondisi ini dapat memicu aritmia yang berpotensi menyebabkan henti jantung mendadak, bahkan sebelum gejala lain muncul.
Gejala dan Diagnosis Kardiomiopati
Gejala kardiomiopati bervariasi, namun yang paling umum adalah sesak napas, kelelahan, nyeri dada, serta pembengkakan. Untuk mendiagnosis penyakit ini, dokter akan melakukan beberapa tes seperti Elektrokardiografi (EKG), Ekokardiografi, dan MRI jantung.
Ekokardiogram adalah salah satu metode yang sering digunakan untuk mendeteksi perubahan struktural jantung. Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung, membantu dokter melihat dinamika fungsi dan struktur jantung dengan lebih jelas. Sementara itu, MRI jantung digunakan untuk menilai kerusakan otot jantung yang tidak terlihat pada ekokardiogram.
Risiko Henti Jantung
Salah satu risiko terbesar dari kardiomiopati adalah henti jantung mendadak akibat aritmia yang tidak terdeteksi. Kondisi ini sering terjadi pada pasien yang sebelumnya tidak menunjukkan gejala signifikan. Oleh karena itu, sangat penting bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga atau faktor risiko penyakit jantung untuk melakukan pemeriksaan dini.
Jika kardiomiopati telah menyebabkan gagal jantung yang tidak bisa diobati dengan metode lain, transplantasi jantung mungkin menjadi pilihan terakhir. Selain itu, rehabilitasi jantung dapat membantu pasien meningkatkan kualitas hidup dengan program latihan fisik, manajemen stres, serta perubahan gaya hidup.