Suara.com - Bertemu seseorang yang sering memuji diri sendiri dan merasa dirinya hebat bisa jadi pengalaman tak menyenangkan. Kadang kita bingung, menyebut orang seperti ini termasuk narsistik atau megalomania ya?
Rupanya menurut Psikolog Klinis Marissa Meditania, M. Psi. dari Ohana Space, narsistik dan megalomani memikiki ciri yang mirip, yakni merasa lebih hebat dari orang lain. Untuk lebih jelasnya, yuk simak pembahasan lengkap berikut ini,
Narsistik Selalu Merasa Jadi Pusat Dunia
Narsistik adalah kondisi di mana seseorang merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Seseorang dengan sifat narsistik cenderung selalu ingin dipuji dan dipandang lebih unggul. Mereka sering merendahkan atau menjelekkan orang lain demi memperkuat citra dirinya sendiri.
"Narsistik itu lebih ke arah ingin dipuji, jadi dia melebih-lebihkan dirinya. Achievement yang biasa saja dibuat seolah-olah besar," jelas Marissa, ditulis Selasa (20/8/2024).
Kondisi narsistik yang berlebihan bisa berkembang menjadi gangguan psikologis yang dikenal sebagai narcissistic personality disorder (NPD). Dalam kasus yang ekstrem, narsistik juga bisa berubah menjadi waham atau keyakinan yang salah.
Melansir PubMed, orang dengan NPD memiliki pola pikir dan perilaku yang khas, yang sering kali berdampak negatif pada hubungan mereka dengan orang lain. Berikut adalah beberapa ciri umum yang sering ditemukan dalam penelitian:
- Perasaan penting diri yang berlebihan,
- Fantasi akan kesuksesan, kekuasaan, kecantikan, atau cinta yang ideal,
- Kebutuhan akan kekaguman yang berlebihan,
- Kurangnya empati,
- Merasa iri pada orang lain atau percaya bahwa orang lain iri pada mereka,
- Sikap arogan dan sombong,
- sikap meremehkan dan memandang rendah orang lain.
Megalomania Selalu Ingin Berkuasa
Sementara itu, megalomania adalah kondisi di mana seseorang merasa memiliki kekuatan atau kekuasaan yang besar, seringkali tidak realistis atau tidak nyata. Megalomania, menurut Marissa, membuat seseorang berkeyakinan bahwa mereka memiliki power yang luar biasa, yang pada akhirnya tidak sesuai dengan kenyataan.
Baca Juga: Psikolog Lita Gading Lulusan Mana? Berani Tegur Atta Halilintar gegara Ungkit Mendiang Vanessa Angel
“Megalomania itu lebih ke arah merasa punya power terus berkuasa. Seringkali ini sudah tidak realistis atau tidak nyata, sesuatu yang dibuat-buat dalam dirinya sendiri,” jelas Marissa.
Megalomania juga termasuk dalam gangguan psikologis yang bisa muncul dalam kondisi seperti bipolar, delirium, hingga delusi.
Orang dengan megalomania seringkali menunjukkan ciri-ciri berikut:
- Delusi kebesaran: Mereka percaya bahwa mereka memiliki kekuatan, kekayaan, atau pengaruh yang luar biasa.
- Perilaku sombong dan arogan: Mereka sering meremehkan orang lain dan merasa superior.
- Kurangnya empati: Mereka sulit memahami atau peduli dengan perasaan orang lain.
- Kebutuhan akan kekaguman: Mereka mencari perhatian dan pujian terus-menerus.
- Perilaku manipulatif: Mereka sering menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan mereka.
Kesamaan dan Perbedaan
Meskipun narsistik dan megalomania memiliki kesamaan, yaitu sama-sama merasa diri lebih baik dari orang lain, keduanya berbeda dalam hal bagaimana perasaan itu diwujudkan. Narsistik lebih fokus pada keinginan untuk selalu dipuji dan dipandang, serta cenderung menjelekkan orang lain. Sementara itu, megalomania lebih terkait dengan delusi kekuasaan yang tidak realistis.
Memahami perbedaan antara narsistik dan megalomania penting, terutama ketika perilaku tersebut mulai mengganggu kehidupan sehari-hari. Keduanya bisa berkembang menjadi gangguan psikologis yang lebih serius dan memerlukan penanganan dari profesional kesehatan mental.