Suara.com - Stroke menempati peringkat kedua penyebab kematian di seluruh dunia dan merupakan salah satu penyebab utama kecacatan, sehingga menimbulkan beban ekonomi yang signifikan.
Secara global, angka mortalitas tahunan akibat stroke adalah sekitar 5,5 juta. Beban stroke tidak hanya terletak pada angka kematian yang tinggi, tetapi juga morbiditas yang tinggi yang mengakibatkan hingga 50% penyintas mengalami cacat kronis.
Sementara itu, di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi stroke di Indonesia meningkat dari 7 per 1000 penduduk pada tahun 2013, menjadi 10,9 per 1000 penduduk pada tahun 2018.
Perlu diketahui, periode emas untuk mengurangi risiko kematian dan kecacatan permanen yang disebabkan oleh stroke adalah 4,5 jam.
Baca Juga: Tragis! Nyawa Tak Tertolong, Nenek di Penjaringan Pengidap Stroke Tewas Terpanggang
Oleh sebab itu, pasien stroke harus segera mendapatkan penanganan di rumah sakit yang tepat. Selain itu, kurangnya pengenalan tanda-tanda peringatan stroke merupakan faktor penyebab penting dari keterlambatan pelaporan stroke di rumah sakit.
dr. Peter Gunawan Ng, SpN, FAf Neurologie (DE) menjelaskan, gejala aritmia tidak boleh dianggap remeh karena gangguan irama jantung dapat meningkatkan risiko berbagai komplikasi serius, seperti pembekuan darah di jantung dan emboli yang menyumbat pembuluh darah di otak yang memicu stroke.
"Oleh karena itu istilah “Time is Brain” memang dapat dapat dibuktikan dengan mengukur waktu. Sejak tahun 2013 kita selalu berupaya menyesuaikan regulasi penanganan pasien stroke, terutama untuk mengoptimalkan waktu penanganan. Saat ini, dengan fasilitas dan keahlian seluruh tim ahli kami mampu mengurangi door to needle time dari 75 menit ke 37 menit," ucapnya di Jakarta, Kamis (15/8/2024).
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP (K), FIHA, menambahkan untuk penanganan stroke selama tahap akut, beberapa prosedur pembedahan dan pengobatan mungkin diperlukan dan unit perawatan stroke yang memadai terbukti mampu mengurangi risiko kematian dan kecacatan pada pasien.
Terapi trombolitik dengan rtPA merupakan terapi yang direkomendasikan oleh Heart American Heart Association/American Stroke Association (AHA/ASA) dan European Stroke Organization (ESO) untuk pasien dengan stroke iskemik akut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Baca Juga: Royal Suka: Susu Kambing Bubuk dengan Segudang Manfaat
Terapi trombolitik akan mengurangi kecacatan sedang hingga berat, sampai 30%. Tindakan prosedur trombolitik dapat dilakukan setelah pasien melakukan pemeriksaan diagnostic, yaitu CT-Scan, dan dapat dilanjutkan therapi thrombolysis bila dinyatakan stroke dengan sumbatan, yang menjadi unggulan Siloam TB Simatupang yaitu Trombolysis at CT-Scan.
"Selain penanganan pada pasien stroke, para penyintas stroke mungkin memerlukan perawatan dengan obat-obatan seumur hidup, rehabilitasi, dan dukungan pengasuh untuk mencapai hasil kesehatan yang optimal. Komponen penting dari perawatan jangka panjang pasien stroke adalah penanganan gejala sisa seperti kesulitan menelan, depresi, dan spastisitas," jelas Prof Yoga.
Setiap 30 menit, satu pasien stroke yang seharusnya bisa diselamatkan, meninggal dunia atau cacat permanen, karena dirawat di rumah sakit yang salah.
Karena itu, penerapan konsep unit komprehensif pelayanan stroke terpadu di rumah sakit telah terbukti efektif menekan angka kematian dan menurunkan derajat kecacatan dan lama perawatan.
Salah satu rumah sakit yang memiliki layanan tersebut adalah Siloam Hospitals TB Simatupang yang meluncurkan layanan “Stroke Ready Hospital”.
CEO Siloam Hospitals TB Simatupang, Mada Shinta Dewi menuturkan Pengenalan Siloam Hospitals TB Simatupang sebagai “Stroke Ready Hospitals” bertujuan untuk mengingatkan masyarakat untuk pilih rumah sakit yang tepat, penanganan yang akurat, dalam waktu yang cepat, gangguan motorik pulih dengan singkat. “Stroke Ready Hospital” menandai tonggak penting upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien stroke di Indonesia.
"Siloam Hospitals TB Simatupang saat ini unggul dengan tenaga medis yang berkompeten, bahkan salah satu dokter ahli di Siloam Hospitals TB Simatupang, adalah guru besar aritmia pertama di Indonesia yaitu Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP (K), FIHA. Selain itu keunggulan lainnya adalahmemiliki peralatan medis canggih untuk diagnosis dan pengobatan stroke, serta mengadopsi protokol penanganan stroke secara cepat dan tepat yang diakui secara internasional," paparnya.