Suara.com - Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah yang tak kunjung hilang dapat membuat penderitanya tak dapat bergerak leluasa sehingga mengganggu aktivitas kerja dan menurunkan produktivitas.
Nyeri punggung bawah merupakan nyeri yang terjadi di area punggung bawah yang sumbernya berasal dari tulang belakang bagian punggung bawah, otot, saraf dan struktur lainnya di area tersebut.
Salah satu penyebab LBP berkepanjangan biasanya terjadi karena degenerasi diskus intervertebralis terutama segmen lumbal. Diskus intervertebralis adalah bantalan yang ada di antara ruas tulang belakang.
Ketika diskus intervertebralis mengalami kerusakan, hal ini bisa membuatnya membengkak, menonjol sampai menekan saraf di tulang belakang sehingga menimbulkan gejala yang salah satunya adalah nyeri. Kondisi ini dikenal dengan istilah saraf kejepit tulang belakang.
Baca Juga: Ibu Raffi Ahmad Dilarikan ke Rumah Sakit, Ternyata Menderita Penyakit Ini
Sementara herniasi (penonjolan) bantalan tulang belakang memiliki beragam istilah medis, seperti herniated disc, slipped disc, bulging disc atau herniated nucleus pulposus (HNP). Penyebabnya pun cukup beragam, bisa karena beban berlebihan akibat aktivitas berat di luar kemampuan, cedera pada tulang belakang, usia, peradangan dan lainnya.
Spine Endoscopy Atasi HNP dengan Sayatan Kecil
Majunya teknologi tata laksana LBP kini memungkinkan dilakukan dengan tanpa operasi terbuka seperti dulu. Bahkan ini dapat dilakukan hanya dengan sayatan kecil sehingga proses pemulihan pasca-operasi lebih cepat dan membantu mencegah atau menurunkan risiko terjadinya morbiditas.
Cara ini disebut endoskopi tulang belakang yang kini menjadi salah satu solusi untuk membebaskan saraf tulang belakang dari tekanan bantalan tulang belakang yang menonjol. Metode ini tentu membawa perubahan yang bermakna bagi penderita saraf kejepit dalam hal perbaikan gejala sehingga kualitas hidup juga membaik.
Inovasi dalam ranah endoskopi tulang belakang juga terus berkembang dengan kemunculan Biportal Endoscopic Spinal Surgery (BESS). Endoskopi BESS dianggap sebagai penyempurna dari metode endoskopi tulang belakang generasi sebelumnya yang menggunakan satu akses atau uniportal.
Baca Juga: Perempuan Skoliosis Sering Sakit Pinggang, Aman Gak Sih untuk Hamil?
Memang metode dua portal ini sudah dapat dilakukan di banyak sarana layanan kesehatan yang berfokus pada tulang belakang.
"Tingginya keberhasilan endoskopi biportal yag pernah kami lakukan selama ini, kami yakin bisa menjadi yang terdepan karena sudah dapat melakukan teknik endoskopi biportal terbaru yakni BESS PLUS. Teknik BESS PLUS tak banyak yang bisa melakukannya," jelas Dr. dr. Wawan Mulyawan, Sp.BS, Subspes N-TB.
Rd Jakarta kata dia telah menjadi pionir BESS PLUS karena sudah melakukannya sejak lama dengan hasil yang lebih baik. PLUS disini, kata dr. Wawan adalah singkatan dari Preservasi Ligamentum FlavUmS yang memiliki tambahan manfaat pada pasien.
Misalnya kemungkinan risiko terjadinya cedera pada struktur sekitar saraf dapat dicegah dengan teknik bedah minimal endoskopi biportal ini. Sayatan kecil, tingkat keberhasilan yang baik, durasi tindakan lebih singkat dan proses pemulihan juga lebih cepat. Sama dengan BESS sebelumnya.
Keberhasilan Endoskopi Biportal BESS PLUS
Endoskopi biportal mengandalkan kamera di portal pertama agar dokter dapat mengeksplorasi area tulang belakang, dan probe satu lagi masuk di portal kedua untuk mengakses bantalan tulang yang bermasalah.
"Tentu teknik ini menguntungkan pasien karena hanya memerlukan sayatan yang kecil,” kata dr. Danu Rolian, Sp.BS.
Untuk metode endoskopi biportal BESS PLUS sudah rutin kami lakukan pada pasien dengan saraf kejepit berbagai derajat, dan perbaikan gejala setelahnya sangat baik, proses recovery cepat dan komplikasi pun sangat minim,” jelasnya lebih lanjut.
Keberhasilan ini dipresentasikan oleh dr. Danu Rolian, Sp.BS dkk dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan Ke-5 (Indonesian Neurospine Society/INSS) di tahun 2023 lalu. Studi bertajuk ‘One Year Clinical Outcome of Biportal Endoscopic Spine Surgery in Dealing with Lumbal Degenerative Spine Diseases’ ini dilakukan pada 145 pasien selama periode Agustus 2021-Juli 2022.
Derajat bantalan tulang belakang yang berhasil diatasi dengan BESS selama studi ini berlangsung adalah derajat 2 (prolaps), derajat 3 (ekstrusi) dan derajat 4 (sekuestrasi). Selain derajat, endoskopi biportal ini juga dapat mengatasi jepitan saraf tulang belakang lebih dari 1 segmen. Sebagian besar, jepitan saraf tulang belakang terjadi pada level L4-L5 sebanyak 47%.
Kemudian pasca-BESS dievaluasi selama 12 bulan dengan menilai NRS (Numeric Rating Scale), nilai VAS (Visual Analogue Scale) fungsi motorik dan otonom, serta keberhasilan atau komplikasi yang kemungkinan terjadi setelahnya.
Secara keseluruhan, tindakan endoskopi tulang belakang biportal berhasil mengatasi jepitan di 1 level (11%), 2 level (44%), dan 3 level (45%). VAS pada kaki dan tulang belakang secara signifikan menurun, dari rerata 7 menjadi 1 setelahnya.
BESS PLUS menjadi bentuk penanganan kasus dalam studi ini yang bertujuan untuk membantu menghilangkan nyeri dengan prinsip dekompresi atau membebaskan jepitan.
Berbeda dengan teknik endoskopi uniportal, peralatan endoskopi biportal akan "mengambang" sehingga membuat sudut kerja yang lebih luas untuk mengatasi tonjolan bantalan tulang belakang.
"Kondisi ini akan memperluas visual dokter di area epidural tulang belakang jadi dengan mudah mengakses beberapa arah sekaligus, sehingga lapisan lemak, pembuluh darah, ruang duramater di area tulang belakang tetap terjaga dengan baik,” jelas dr. Danu lebih lanjut.
Utamanya, BESS PLUS dilakukan dengan menjaga keutuhan ligamentum flavum semaksimal mungkin agar dapat memperkecil risiko robeknya lapisan duramater dan mencegah risiko kebocoran cairan setelah tindakan.
Jadi dapat dikatakan BESS PLUS ini merupakan perbaikan teknik dari BESS yang sudah ada dengan menjaga ligamentum flavum, karena ligamentum flavum bertugas menstabilkan susunan tulang belakang sehingga tingkat kestabilan tulang belakang pasca-BESS bisa tetap terjaga.
BESS PLUS ini juga dapat menjadi salah satu solusi untuk membantu mengatasi masalah lain pada tulang belakang yang dapat menyebabkan nyeri, seperti stenosis spinalis (menyempitnya rongga tulang belakang), menebalnya sendi faset (facet joint), penebalan jaringan (hipertrofi) yang menjepit saraf, bone spur (taji tulang atau osteofit).
Layanan yang dimiliki RS Jakarta kini semakin lengkap dengan hadirnya para tim dokter spesialis bedah saraf Sigma Brain and Spine Center, seperti penanganan stroke, trigeminal neuralgia dengan PBC dan PRFR, kyphoplasty untuk mengatasi keropos tulang belakang, dan Stereotactic Brain Lesioning untuk penyakit Parkinson.