Suara.com - Demam Berdarah Dengue atau banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai DBD, merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Virus ini dapat mengakibatkan dua kondisi, yaitu demam dengue dan demam berdarah dengue. Dijelaskan dr. Nunki Andria Samudra, Sp.A, spesialis dokter anak demam dengue biasanya cenderung menimbulkan gejala ringan.
"Ditandai dengan demam secara tiba-tiba dan berbagai gejala yang tidak spesifik, termasuk sakit kepala bagian depan, nyeri retro-orbital, nyeri tubuh, mual dan muntah, nyeri sendi, lemas, dan ruam," kata dia saat menghadiri talk show PT Takeda "Bye Bye DBD: 3M Plus dan Vaksin DBD Cara Terkini Terhindar dari Demam Berdarah" di Mum Festival, Grand Atrium Kota Kasablanka baru-baru ini.
Sementara Demam Berdarah Dengue biasanya dapat menyebabkan gejala yang berat seperti perdarahan kulit, termasuk yang paling umum terjadi adalah petekie dan purpura, bersama dengan perdarahan gusi, epistaksis, menoragia, dan perdarahan saluran cerna.
Baca Juga: Jangan Abai, Ini Bahaya Mata Kering Pada Anak Akibat Screen Time Berlebihan
Kondisi ini tak hanya terjadi pada orang dewasa, tapi juga anak-anak. Bahkan kelompok umur 5 hingga 14 tahun merupakan yang paling rentan. Hal tersebut, kata dr. Nunki terjadi karena beberapa faktor, di antaranya adalah lingkungan sekitar serta daya tahan tubuh yang masih belum kuat, mengakibatkan kelompok anak-anak rentan terkena DBD.
DBD sendiri terdiri dari tiga fase, yaitu fase demam tinggi di 1-3 hari pertama; fase kritis, pada hari ke-4 dan 5; dan fase penyembuhan, yaitu di hari ke-6 dan 7. Waspada pada fase kritis, karena kata dr. Nunki pasien dapat mengalami pendarahan dan syok yang membahayakan nyawa.
Saat ini, masih belum ada pengobatan yang khusus untuk menyembuhkan DBD. Pengobatan yang diberikan dokter kepada pasien DBD adalah untuk mengatasi gejala, seperti pemberian cairan infus, atau pemberian penghilang nyeri (pain killer).
Oleh karena itu, dibutuhkan pencegahan yang komprehensif agar kita dapat terhindar risiko DBD parah dan kematian. Pencegahan inovatif vaksin DBD yang saat ini tersedia di Indonesia diperuntukkan bagi kelompok usia 6-45 tahun, dapat diberikan terlepas dari paparan DBD sebelumnya, serta dapat diakses secara mandiri oleh masyarakat.
Vaksin DBD adalah salah satu langkah krusial untuk meningkatkan perlindungan, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Tetapi, untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan.
Baca Juga: Saran Psikolog Klinis Agar Anak Terhindar Dari Penganiayaan Di Daycare
"Dengan memberikan perlindungan ‘dari dalam’ kepada seluruh anggota keluarga, kita dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih aman dari risiko DBD parah dan perawatan di rumah sakit," tutup dr. Nunki.
Secara terpisah, Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, mengungkapkan di Indonesia, semua orang berisiko terkena DBD sepanjang tahun. Anak sekolah dan orang dewasa yang bekerja adalah yang paling terpengaruh, dan yang memprihatinkan, DBD adalah penyebab utama kematian anak-anak di Indonesia.
"Bersama, kita memiliki kekuatan untuk melawan DBD, tetapi kita semua harus mengambil tindakan sekarang. Mari kita tingkatkan kesadaran, perkuat pengendalian nyamuk dengan menerapkan 3M Plus, dan manfaatkan metode pencegahan yang inovatif seperti vaksin, sebagaimana direkomendasikan oleh asosiasi medis," kata dia.