Anak-Anak Rentan Terkena DBD, Waspada Nyamuk Aedes Aegypti

Vania Rossa Suara.Com
Kamis, 25 Juli 2024 | 17:39 WIB
Anak-Anak Rentan Terkena DBD, Waspada Nyamuk Aedes Aegypti
Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti (Freepik/jcomp)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indonesia mencatat 154.082 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam kurun periode 1 Januari hingga minggu ke-27 di tahun 2024. Mengutip data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), angka tersebut bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan total kasus DBD pada 2023.

Dari seluruh kasus hingga minggu ke-27 tersebut, 916 di antaranya mengakibatkan kematian. Selain itu, Kota Bandung tercatat menjadi kota dengan jumlah kasus DBD terbanyak nasional, yakni mencapai 5.489 kasus. Selanjutnya, disusul Kabupaten Tangerang menduduki posisi kedua yaitu dengan total 3.400 kasus.

Terkait kasus kematian akibat DBD dalam tujuh tahun terakhir, kelompok umur 5 hingga 14 tahun merupakan yang paling rentan. Menurut Dokter Spesialis Anak RS UNS, dr. Debby Andina Landiasari, Sp.A, faktor lingkungan sekitar serta daya tahan tubuh yang masih belum kuat, mengakibatkan kelompok anak-anak rentan terkena DBD.

“Karena memang daya tahan tubuh anak masih belum sekuat orang dewasa dan anak-anak cenderung sering berada di dalam ruangan. Nyamuk Aedes aegypti yang menjadi pembawa virus dengue sering berada di dalam ruangan terutama ruangan yang gelap dan lembab," kata dr. Debby.

Bagi anak yang sudah lebih besar, mereka biasanya dapat terjangkit DBD saat bermain di lingkungan sekolah atau di taman. Hal ini karena nyamuk Aedes aegypti dapat terbang sejauh 200-meter dan menggigit anak-anak di cakupan lingkungan tersebut.

Baca Juga: Angka Kematian DBD Paling Banyak Ditemukan di Kelompok Usia 5-14 Tahun, IDAI: Vaksinasi Anak 6-18 Tahun!

Dalam rangka mengajak masyarakat untuk lebih waspada terhadap penyebaran DBD, MY BABY melakukan kampanye Gerakan Indonesia Berantas Nyamuk dan mengajak ribuan keluarga untuk melakukan aksi pencegahan DBD yaitu melalui edukasi dan penerapan 3M Plus disertai dengan pengasapan (fogging) serta pemberian produk MY BABY dan bubuk larvasida.

Penerapan 3M Plus meliputi: menguras, yaitu membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain. Kemudian berikutnya, menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya. Selain itu, mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat kembang biak nyamuk. Selain 3M, Plus adalah dengan mengoleskan MY BABY Minyak Telon Plus sebagai perlindungan tambahan dari gigitan nyamuk.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI