Bahaya Anak Konsumsi Makanan Olahan Ultra, Ini Penjelasan Dokter

Riki Chandra Suara.Com
Kamis, 18 Juli 2024 | 06:35 WIB
Bahaya Anak Konsumsi Makanan Olahan Ultra, Ini Penjelasan Dokter
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso. [Dok.Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anak yang sehat lebih baik tidak mengonsumsi makanan olahan ultra (ultra processed food). Hal ini dilakukan untuk menghindari masalah kesehatan di kemudian hari.

“Secara umum anak-anak sehat jauh lebih baik tidak mengkonsumsi ultra proses food maupun junk food, keduanya tidak baik bagi kesehatan anak-anak yang sehat,” kata Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso, Rabu (17/7/2024).

Menurut Piprim, makanan dengan pemrosesan ultra memiliki kandungan yang minim serat namun sangat tinggi kalori dan gula. Hal itu dapat membuat indeks glikemik pada pada tubuh meningkat sehingga langsung mengubah makanan menjadi gula.

Gula dalam tubuh yang berlebihan inilah yang menyebabkan potensi adiktif dan membuat anak menjadi ketergantungan makanan olahan. Selain itu, makanan olahan ultra memiliki rasa yang sangat lezat sehingga menyebabkan palet rasa anak menjadi terlalu tinggi dan tidak mengenal rasa makanan asli.

Kecanduan makanan olahan, kata Piprim, berakibat anak bisa menderita berbagai macam penyakit metabolik seperti obesitas, dislipidemia (kolesterol tinggi) hingga hipertensi.

“Kalau anak kita mengonsumsi (ultra processed food) di pasaran bebas ini akan sangat adiktif dan over konsumsi, sehingga akibatnya akan menjadi over kalori, obesitas dan seterusnya,” katanya.

Dibandingkan mengonsumsi makanan olahan, Piprim menganjurkan untuk memberi anak makanan asli (real food) seperti buah utuh dan bukan jus buah dalam kemasan. Selain itu, penting juga untuk memberikan kalori pada anak dengan jumlah yang cukup dan dari makanan alami seperti daging merah atau daging unggas.

Ia juga menyarankan orang tua untuk tidak menyediakan makanan olahan agar anak tidak terbiasa mengonsumsinya, dan lebih sering untuk menyajikan makanan rumahan yang dimasak sendiri.

“Membatasi sedemikian rupa supaya di rumah atau di lemari es tidak disiapkan aneka makanan yang berupa UPF, kedua siapkanlah makanan alamiah di lemari es atau di lemari berupa buah, sayuran, telur, ikan, itu aneka olahan real food insya Allah lebih baik,” kata dokter yang praktek di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI