Meski menawarkan banyak kelebihan, tak semua pasien penyakit jantung bisa memilih bedah yang satu ini. Hanya pasien yang memenuhi kriteria tertentu yang bisa melakukan bedah jantung minimal invasif. Dokter biasanya akan melihat jenis dan keparahan gangguan jantung yang dialami pasien, serta ukuran dan lokasi pembuluh darah koroner yang bermasalah.
"Misalnya, kalau pembuluh darah koroner masih bagus. Jadi jangan yang ancur-ancur banget kayak ada kencing manis itu. Biasa udah kalsifikasi, udah pengapuran. Atau yang tersumbat maksimal 3 lah, jangan sampai 5, 7, 8 sumbatan, kalau koroner. Kalau katup, kalau cuma satu katup, pasti kita bisa minimal invasif. Tapi karena pasien Indonesia kan datang dalam kondisi yang terlambat ya, bisa 2 katup, bahkan bisa 3 katup yang rusak. Kalau seperti itu, sangat tidak aman untuk minimal invasif," pungkas dr. Dicky.