Suara.com - Presiden Joko Widodo menyoroti dengan tajam peringkat Indonesia yang masih jauh tertinggal dalam sektor pendidikan dan kesehatan, meskipun daya saing keseluruhan negara ini telah meningkat signifikan.
"Sayangnya dari sisi daya saing, kita meskipun naik sampai 7 level sangat bagus sekali. Tapi untuk pendidikan dan kesehatan masih di ranking 57, 58," ujar Jokowi dalam video yang diunggah kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (11/7).
Jokowi mengatakan kesehatan dan pendidikan adalah modal utama untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul di Indonesia. Meski infrastruktur yang dimiliki baik, tanpa adanya SDM yang mumpuni maka kualitas yang diberikan tidak akan sempurna.
"Infrastruktur sebaik apapun kalau SDM tidak baik, jelek, nanti di ranking kelihatan," tegas Jokowi lagi.
Laporan IMD 2024 menunjukkan bahwa Indonesia paling tertinggal di sub sektor kesehatan dan lingkungan, bahkan menempati peringkat ke-61. Hal ini kontras dengan sektor lain yang rata-rata berada di peringkat ke-30, 40, dan 50.
Swiss dan Swedia memimpin di peringkat teratas dalam sektor kesehatan secara global, sementara negara tetangga seperti Singapura berada di peringkat ke-28 meski turun dua peringkat dari tahun sebelumnya. Malaysia juga berada jauh di atas Indonesia, menempati peringkat ke-42.
Dokter Asing Bukan Solusi Ajaib
Komentar Jokowi soal kualitas SDM khususnya di bidang kesehatan berbarengan dengan viralnya isu dokter asing yang disebut-sebut akan bisa praktik di Indonesia. Isu seputar kedatangan dokter asing ini sempat menjadi bahasan hangat yang memicu pro dan kontra.

Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, mengatakan bahwa mengangkat derajat kesehatan Indonesia bukan hanya dilakukan dengan dokter mengobati orang sakit. Ada upaya promotif dan preventif yang juga sangat penting dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat dan mencegah penyakit.