Menkes Sebut Harga Obat di Indonesia Lima Kali Lebih Mahal dibanding Malaysia, Apa Biang Keroknya?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 02 Juli 2024 | 12:57 WIB
Menkes Sebut Harga Obat di Indonesia Lima Kali Lebih Mahal dibanding Malaysia, Apa Biang Keroknya?
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. (Suara.com/Dea)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa harga obat di Indonesia bisa tiga hingga lima kali lebih mahal dibandingkan Malaysia, salah satunya karena inefisiensi dalam perdagangan.

Pernyataan ini disampaikan setelah rapat internal dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, yang membahas industri alat kesehatan dan obat-obatan.

Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa perbedaan harga obat tersebut bisa mencapai 300 hingga 500 persen dibandingkan dengan Malaysia.

Menurutnya, mahalnya harga obat di Indonesia bukan disebabkan oleh pajak, melainkan karena inefisiensi dalam perdagangan, seperti masalah tata kelola dan pembelian.

Baca Juga: Kemenkes Kerja Sama dengan Starlink Sediakan Internet di Puskesmas Terpencil

ilustrasi obat (freepik.com)
ilustrasi obat (freepik.com)

"Pajak kan gampangnya paling berapa, pajak kan 20 persen, 30 persen, nggak mungkin, bagaimana menjelaskan bedanya 300 persen, 500 persen. Sesudah kita lihat ada itu tadi, inefisiensi dalam perdagangannya, jual belinya, banyaklah masalah tata kelola, pembeliannya," ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin seperti dikutip dari ANTARA baru-baru ini. 

Oleh karena itu, Menkes menekankan perlunya tata kelola yang lebih transparan untuk mendapatkan harga pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan yang lebih murah.

Ia juga berencana berdiskusi dengan produsen alat kesehatan dalam negeri serta asosiasi farmasi untuk mencari solusi.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bersama sejumlah organisasi kesehatan mengadakan pertemuan untuk menyusun formularium nasional di Jakarta pada Selasa (11/6). Salah satu topik yang dibahas adalah pemberian insulin basal, yakni jenis insulin yang bekerja jangka panjang, di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).

Wakil Menteri Kesehatan RI Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono berpesan untuk memastikan obat-obatan, termasuk insulin, dapat menjangkau daerah terpencil di Indonesia. Sebab, saat ini insulin hanya boleh diberikan di fasilitas kesehatan rujukan atau rumah sakit, sementara akses ke rumah sakit di daerah terpencil sangat sulit.

Baca Juga: Suka Palak Toko Obat di Jakarta Timur, Begini Tampang Polisi Abal-abal Berpangkat 'Aiptu' saat Berseragam

“Saya punya kesempatan mengunjungi daerah-daerah yang sangat terpencil di kepulauan-kepulauan di Maluku, Papua, di daerah-daerah Sulawesi di mana untuk mencapai rumah sakit butuh waktu berjam-jam ada yang mesti naik perahu 8 jam, tergantung kondisi alam,” ucap Prof. Dante.

“Jadi, di Fakultas Kedokteran, pemahaman tentang penggunaan insulin ini sangat penting untuk bekal mereka menggunakan insulin di FKTP. Kalau inisiasinya, unsur yang memang risikonya kecil itu yang ideal sekali,” ujar Prof. Dante.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI