Suara.com - Vasektomi menjadi salah satu alternatif kontrasepsi untuk laki-laki dengan memutus saluran sperma dari testis. Hanya saja, prosedur ini masih sedikit dilakukan laki-laki di Indonesia.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K)., mengungkapkan bahwa saat ini angka vasektomi di Indonesia masih berada di bawah 2,5 persen. Angka tersebut masih kecil karena masih adanya stigma negatif terhadap prosedur vasektomi.
Menurut dr. Hasto, beberapa laki-laki menganggap vasektomi sama dengan proses kebiri. Mereka takut jika melakukan prosedur tersebut akan menghilangkan vitalitasnya sebagai laki-laki. Padahal, vasektomi berbeda dengan kebiri.
“Memang ada stigma. Mitosnya seperti misalkan seolah vasektomi itu seperti dikebiri. Dan itu jadi vitalitas laki-lakinya hilang, padahal sebenarnya enggak. Padahal vasektomi itu bukan dikebiri, tapi itu hanya diikat atau dipotong saluran kecilnya yang namanya vas deferens yang menyalurkan sperma dari testis keluar,” jelas dr. Hasto saat dihubungi Suara.com, Jumat (28/6/2024).
Baca Juga: Buntut Temuan Kondom Bekas Berserakan di RTH Angke, Satpol PP Rutinkan Penjagaan
Selain, itu menurut dr Hasto, yang juga membuat para laki-laki merasa ragu adalah karena mereka takut mengalami gangguan ereksi atau kehidupan seksualnya terganggu.
“Ini sering masih salah kaprah dan persepsi sehingga dia ragu, karena persepsinya nanti mengurangi vitalitas. Kalau nanti khawatir vasektomi tidak bisa ereksi, atau emosional seksnya berkurang. Padahal sudah banyak yang dikerjakan dan mereka sudah memberikan testimoni masalah seksualitas tidak ada masalah,” ujar dr. Hasto lagi.
Oleh sebab itu, berbagai stigma negatif vasektomi yang berkaitan dengan kehidupan seksual dan kejantanan laki-laki sendiri tidak benar. Untuk membantah stigma ini, dari BKKBN sendiri merekrut beberapa orang yang sudah lakukan vasektomi untuk promosi dan menjelaskan kepada masyarakat luas.
Untuk Indonesia, terdapat beberapa provinsi yang memiliki angka vasektomi tinggi yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, kemudian Sumatera Utara. Beberapa angka yang tinggi itu karena banyaknya testimoni langsung dari beberapa orang yang sudah lakukan vasektomi sehingga semakin meluas.
Dr. Hasto berharap, beberapa wilayah lain juga bisa ada seseorang yang mau jalankan vasektomi. Hal ini bisa jadi promosi sekaligus testimoni kalau prosedur ini tidak seperti yang dipikirkan oleh masyarakat.
Baca Juga: Sering Dijadikan Tempat Esek-esek, Camat Usulkan Buat Jogging Track RTH Jalan Tubagus Angke
Promosi berpengaruh karena yang melakukan kan motivator ini terdiri dari orang yang sudah divasektomi, jadi semakin banyak wilayah itu. Makanya akan semakin banyak yang ikut karena mereka memengaruhi dan menjadi motivator bagi pasangan usia subur lainnya,” pungkas dr. Hasto.