Katarak Sumbang Mayoritas Kasus Kebutaan di Indonesia, Banyak Pasien Tak Sadar Telah Mengidap Gangguan Penglihatan

Sabtu, 29 Juni 2024 | 12:47 WIB
Katarak Sumbang Mayoritas Kasus Kebutaan di Indonesia, Banyak Pasien Tak Sadar Telah Mengidap Gangguan Penglihatan
Ilustrasi katarak (Pexels/Sean Patrick)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Katarak adalah gangguan mata yang menyebabkan lensa mata menjadi keruh. Kondisi ini membuat mereka sulit melihat jelas, bahkan pandangannya cenderung menguning dan jika dibiarkan bisa menyebabkan kebutaan.

Satu-satunya cara mengobati katarak yaitu dengan tindakan operasi, yang akan membuat penderitanya punya kualitas hidup lebih baik.

Di Indonesia, katarak menyumbang mayoritas kasus kebutaan. Namun, mirisnya, menurut Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), mayoritas atau 51,6 persen penderita belum melakukan operasi katarak karena mereka tidak sadar mengidap gangguan penglihatan ini. Sisanya, ada 11,6 persen penderita yang tidak mampu membiayai dan 8,1 persen takut dioperasi.

Dokter Spesialis Mata sekaligus Direktur Utama RS Mata JEC Kedoya Dr. dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K) mengatakan karena mayoritas penderita katarak tidak sadar mengalami gangguan penglihatan, maka ia menekankan pentingnya pemeriksaan mata secara berkala, untuk mengantisipasi gangguan penglihatan.

Baca Juga: Ciri-ciri Katarak di Usia Muda, Termasuk Penglihatan Buram?

"Pemeriksaan mata secara berkala sebagai langkah antisipatif yang jitu untuk penanganan gangguan mata sedini mungkin, termasuk katarak," ujar Dr. Setiyo melalui keterangan Peringatan Bulan Kesadaran Katarak JEC dan PERDAMI Kesadaran yang diterima suara.com, Kamis (28/6/2024).

Ia menambahkan, dengan mengetahui kondisi katarak sejak awal, maka penanganan katarak bisa lebih mudah termasuk bisa terhindar dari risiko semakin menurunnya kualitas hidup, akibat pandangan yang semakin kabur.

"Pun bagi penderita katarak yang sampai tahap buta, tak perlu berkecil hati. Tindakan operasi katarak dengan beragam opsi merupakan solusi untuk mengembalikan kondisi pandangan seperti semula, sebelum terserang katarak. Dengan catatan, tidak ada kelainan pada saraf mata pasien,” papar Dr. Setiyo.

Kondisi katarak membuat cahaya tidak dapat melewati lensa mata dengan benar sehingga menyebabkan penglihatan buram, berbayang, dan silau.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), Prof. Dr. Budu, Ph.D, Sp.M(K) menjelaskan katarak masih jadi momok terbesar gangguan penglihatan di dunia. Secara global pada 2020 ada lebih dari 100 juta orang menderita katarak dan 17 juta di antaranya mengalami kebutaan.

Baca Juga: Kelainan Bentuk Kelopak Mata Bisa Mengakibatkan Gangguan Penglihatan, Begini Penjelasan Ahli

Kasus kebutaan di Indonesia dialami oleh 1,6 juta orang, dan mayoritas alias 80 persen di antaranya disebabkan katarak.

Meski lebih banyak penderita katarak merupakan lansia, namun Prof. Budu menegaskan katarak bisa menyerang semua kategori usia. Bahkan katarak juga bisa menyerang anak pada kondisi tertentu.

"Semua orang bisa terkena katarak, dan penanganannya hanya melalui tindakan operasi, karenanya kita harus melakukan sosialisasi dan edukasi yang masif kepada seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah melalui PERDAMI berpesan agar kita bisa bersama-sama menekan angka kebutaan minimal 25 persen pada 2030 mendatang,” papar Prof. Budu.

Proses Operasi Katarak

Operasi katarak adalah prosedur medis untuk menghilangkan lensa mata yang buram (katarak) dan menggantinya dengan lensa buatan yang jernih.

Operasi katarak adalah salah satu operasi mata yang paling umum dan aman, dan dapat membantu mengembalikan penglihatan yang signifikan.

Saat ini ada 2 proses operasi katarak yang berfokus pada sayatan manual dan penggunaan laser. Sayatan manual umumnya dokter akan memecah lensa katarak menggunakan pisau bedah, sedangkan operasi katarak dengan laser, sayatan yang dilakukan cukup kecil dan otomatis.

Setelah lensa keruh pada mata dipotong menjadi kecil, baik secara manual maupun menggunakan laser, nantinya lensa ini akan dikeluarkan dari mata.

Dr. Setiyo menjelaskan pada tindakan operasi katarak manual, pasien baru bisa membuka perban matanya sehari kemudian. Sedangkan bila menggunakan metode laser dalam hitungan 1 jam kemudian mata sudah terasa nyaman.

"Tapi dengan kemajuan teknologi laser, dengan luka 0,2 mili, itu memungkinkan pemulihan lebih cepat. Katarak lunak kasus biasa 1 jam udah enak, tapi kalau kata keras itu 1 hari baru enak," jelas Dr. Setiyo.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI