Suara.com - Publik digegerkan dengan kasus bunuh diri di jembatan layang atau flyover Cimindi, Cimahi, Jawa Barat. Masyarakat perlu waspada, karena kasus bunuh diri menular karena mentrigger penyintas hingga keluarga dengan riwayat serupa.
Seorang pria ditemukan menggantung oleh warga dan pengendara di pagi hari Jumat, 28 Juni 2024. Polisi langsung datang ke lokasi kejadian, dan mengevakuasi jasad ke RS Sartika Asih Kota Bandung.
"Untuk hal lainnya baru bisa diketahui setelah autopsi. Penanganan juga selanjutnya diambil alih oleh Polrestabes Bandung karena lokasinya masuk Kota Bandung," kata Kanit Resum Satreskrim Polres Cimahi, Ipda Egi kepada awak media.
Masyarakat perlu waspada dalam menyikapi kasus bunuh diri yang terjadi dan menjadi konsumsi publik. Sebaiknya tidak menyebarkan foto, video maupun kisah dan wasiat peristiwa bunuh diri, karena ternyata bisa menular pada teman atau keluarga dengan riwayat bunuh diri.
Baca Juga: Pemadam Kebakaran DKI Jakarta Sibuk Selamatkan Pelaku Judol Nekat Bunuh Diri
Ini sesuai dengan penelitian yang diterbitkan American Association of Suicidology pada 2016 lalu, menyebutkan remaja dengan teman atau anggota keluarga yang meninggal karena bunuh diri, berisiko lebih tinggi bunuh diri dibanding mereka yang tidak memiliki teman atau anggota keluarga dengan kondisi tersebut.
Profesor Sosiologi University of British Columbia, Seth Abrutyn, Ph.D mengatakan perkembangan emosional remaja dengan mereka yang mengalami trauma karena tragedi cenderung sedikit berbeda, dibanding mereka yang tidak memiliki trauma saat menyaksikan atau mendengar peristiwa bunuh diri.
"Kaum muda jarang sekali siap untuk memahami kematian, apalagi sesuatu yang membingungkan seperti bunuh diri," ujar Seth mengutip ABC News, Sabtu (29/6/2024).
Ditambah penelitian terbaru University of Calgary menemukan adanya peningkatan kunjungan ruang gawat darurat anak, untuk upaya bunuh diri dan menyakiti diri sendiri selama tahun pertama pandemi Covid-19.
Cara mengatasi orang ingin bunuh diri
Melansir Mayo Clinic, tanda dan keinginan untuk bunuh diri harus ditanggapi serius. Berikut ini cara mengatasi orang yang ingin bunuh diri:
1. Tawarkan bantuan
Tawarkan untuk mendengarkan ceritanya, baik itu lewat percakapan langsung, chat atau panggilan telepon. Bisa juga menawarkan pergi bersama orang itu untuk mendapatkan pengobatan dan bertemu psikolog.
2. Ajak orang itu bicara
Seseorang yang berpikir untuk bunuh diri mungkin merasa malu, bersalah, atau malu. Bersikaplah sportif dan pengertian. Berikan pendapat Anda tanpa menyalahkan. Dengarkan baik-baik dan jangan menyela.
3. Tetap menghormati perasaannya
Jangan mencoba mengubah perasaan orang tersebut atau mengungkapkan keterkejutannya. Ingat, meskipun seseorang yang memiliki pemikiran untuk bunuh diri tidak berpikir jernih, emosinya nyata. Tidak menghargai perasaan orang tersebut dapat menyebabkan orang tersebut berhenti berbicara.
4. Jangan meremehkan dan mengkritik
Jangan katakan kepada seseorang, "Keadaannya bisa jadi lebih buruk" atau "Kamu punya segalanya untuk dijalani". Sebaliknya, ajukan pertanyaan seperti, “Apa yang menyebabkan kamu merasa begitu buruk?” "Apa yang bisa membuatmu merasa lebih baik?" atau "Apa yang bisa saya bantu?".
5. Buktikan semua bisa membaik
Ketika seseorang mempunyai pikiran untuk bunuh diri, sepertinya tidak ada yang bisa membuat keadaan menjadi lebih baik. Yakinkan orang tersebut bahwa pengobatan mencakup mempelajari cara lain untuk mengatasinya, yang dapat membuat hidup terasa lebih baik lagi.
Catatan Redaksi: Hidup seringkali sangat sulit dan membuat stres, tetapi kematian tidak pernah menjadi jawabannya. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit dan berkecenderungan bunuh diri, sila hubungi dokter kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah sakit terdekat.
Bisa juga Anda menghubungi LSM Jangan Bunuh Diri melalui email [email protected] dan telepon di 021-9696 9293. Ada pula nomor hotline Halo Kemkes di 1500-567 yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi di bidang kesehatan 24 jam.