Dengue Slayers Challenge: Mencetak Generasi Muda Jadi Pelopor Pemberantasan DBD

Dinda Rachmawati Suara.Com
Kamis, 27 Juni 2024 | 16:17 WIB
Dengue Slayers Challenge: Mencetak Generasi Muda Jadi Pelopor Pemberantasan DBD
Nyamuk dbd (Pexels/Ravi Kant)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kasus demam berdarah dengue atau DBD menjadi isu kesehatan masyarakat Indonesia yang semakin urgen saat ini. Hingga pekan ke-22 tahun 2024, Kementerian Kesehatan RI telah mencatat 119.709 kasus demam berdarah dengan 777 kematian di 34 provinsi di Indonesia.

Angka ini melonjak drastis hingga tiga kali lipat bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Situasi ini mendorong pengembangan upaya penanganan DBD yang kian inovatif dan melibatkan berbagai elemen masyarakat.

Bukan cuma tenaga kesehatan, aksi individu dan kolektif dari komunitas sangat dibutuhkan untuk mengurangi kasus infeksi demam berdarah dengue atau DBD hingga mencapai target nol kematian.

Hal inilah yang membuat Dengue Slayers Challenge, sebuah terobosan baru dalam edukasi penanganan DBD bagi generasi muda digagas oleh Prestasi Junior Indonesia (PJI) dan Asia Dengue Voice and Action Group (ADVA).

Baca Juga: Youth Climate Leaders Camp Ajak Generasi Muda Atasi Perubahan Iklim

Dengan dukungan PT Takeda Innovative Medicines (Takeda) dan Kementerian Kesehatan RI, sejak Februari 2024, program ini telah berhasil meningkatkan pemahaman 123 siswa SMA/SMK dari 17 kota/kabupaten di Indonesia mengenai DBD.

Siswa SMA yang Tergabung Dalam Dengue Slayers Challenge (Dok. Istimewa)
Siswa SMA yang Tergabung Dalam Dengue Slayers Challenge (Dok. Istimewa)

Selain itu, Dengue Slayers Challenge juga memberdayakan mereka untuk mengembangkan 41 solusi inovatif pencegahan dan pengendalian demam berdarah dengue di komunitas mereka. 

Hasilnya, para siswa sukses menggagas beragam ide brilian, seperti aplikasi seluler yang dapat memberi notifikasi area penularan DBD, program edukasi berbasis proyek yang berkolaborasi dengan pemerintah, serta buku interaktif edukasi DBD untuk anak-anak.

Robert Gardiner, Academic Advisor and Operations Counsel Prestasi Junior Indonesia menjelaskan, henerasi muda, dengan potensi dan semangat yang dimiliki, perlu didorong untuk berpartisipasi aktif dalam mengatasi tantangan yang dihadapi masyarakat.

"Melalui program ini, para siswa memperoleh pengalaman pertama mengeksplorasi demam berdarah dengue secara komprehensif sekaligus kesempatan mentransformasi aspirasi mereka menjadi sebuah karya nyata yang bermanfaat," kata dia.

Baca Juga: Merusak Kehidupan Keluarga, Pemerintah Galakkan Perangi Judi Online

Selama proses pembelajaran dan pengembangan ide, mereka juga mengasah keterampilan abad ke-21 yang sangat dibutuhkan, seperti berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas.

Prof. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro, dr., SpA(K), ADVA Steering Committee for Indonesia mengungkapkan, sebagai kelompok kerja ilmiah di kawasan Asia yang reguler berdiskusi dan berbagi pengalaman mengenai pengendalian demam berdarah dengue, inisiatif ini menjadi wujud nyata dari salah satu fokus kerja kami dalam meningkatkan partisipasi dan edukasi masyarakat. 

Generasi muda yang terlibat dalam program ini adalah segmen masyarakat yang sangat penting dalam upaya penanggulangan DBD. Dengan sumber daya yang lebih baik dan didukung kreativitas, mereka memiliki kemampuan untuk menciptakan efek domino dalam menyebarkan pesan dan semangat bebas dari DBD kepada keluarga, sekolah, dan komunitas mereka. 

"Kami antusias mengimplementasikan inisiatif perdana ini di lima negara di Asia Tenggara, meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand," ujarnya.

Dalam Dengue Slayers Challenge, para siswa ditantang untuk menciptakan solusi inovatif pencegahan dan pengendalian DBD berupa media edukasi (Outreach), sistem pengawasan (Surveillance & Epidemiology), atau strategi pengendalian nyamuk (Vector Control: Prophylaxis/Prevention). 

Untuk mendukung proses eksplorasi dan penyusunan ide, para siswa telah memperoleh lokakarya demam berdarah dengue, pelatihan design thinking, serta pendampingan dari mentor ahli di bidang kesehatan. 

Sebagai puncak program, tim terbaik berkesempatan mewakili Indonesia untuk mempresentasikan ide mereka kepada komunitas internasional, pemimpin kesehatan masyarakat di pemerintah, dan pembuat keputusan pada ajang Asia Dengue Summit ke-7 di Kuala Lumpur, 5-7 Juni lalu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI