Angka Kematian DBD Paling Banyak Ditemukan di Kelompok Usia 5-14 Tahun, IDAI: Vaksinasi Anak 6-18 Tahun!

Dinda Rachmawati Suara.Com
Rabu, 26 Juni 2024 | 16:16 WIB
Angka Kematian DBD Paling Banyak Ditemukan di Kelompok Usia 5-14 Tahun, IDAI: Vaksinasi Anak 6-18 Tahun!
Foto oleh Tima Miroshnichenko dari Pexels
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyakit Demam Berdarah Dengue atau DBD merupakan salah satu ancaman utama kesehatan masyarakat di dunia. Insidennya meningkat secara signifikan di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. 

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat hingga minggu ke-23 tahun 2024 saja, terdapat 131.501 kasus DBD dengan kematian sebanyak 799 kasus. 

Angka kasus kejadian tersebut lebih tinggi dari kumulatif kasus DBD di tahun 2023 yaitu 114.720 kasus, dan mendekati total kasus kematian sepanjang tahun 2023 yaitu 894 kasus. Di mana kematian paling banyak ditemukan pada kelompok umur 5-14 tahun.

Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), memaparkan bahwa DBD memang dapat menjangkit siapa saja tanpa memandang usia, di mana mereka tinggal, maupun gaya hidup. 

Baca Juga: Kasus DBD Tertinggi, Kembangan Jakbar jadi Lokasi Pertama Penyebaran Nyamuk Wolbachia

"Di negara atau wilayah dengan tingkat penularan DBD yang tinggi, anak-anak dan orang dewasa muda cenderung menjadi yang paling terkena dampaknya, dengan angka kematian lebih tinggi pada anak-anak," ujar dia dalan acara Indonesia Dengue Summit yang digelar IDAI JAYA, didukung oleh PT Takeda Innovative Medicines baru-baru ini.

Sayangnya, di masyarakat kita masih banyak terjadi miskonsepsi tentang DBD dan menganggap penyakit ini tidak berbahaya. Masih banyak orang yang berpikir bahwa apabila sudah pernah terkena DBD, maka mereka aman dan menjadi kebal. Padahal, tidak begitu. 

Masyarakat kata dia, perlu memahami bahwa virus dengue terdiri dari empat serotipe. Di mana apabila seseorang telah terjangkit satu serotipe, mereka masih bisa terjangkit serotipe yang lain, dan infeksi yang kedua dan seterusnya berpotensi lebih parah. Bahkan bisa menyebabkan kematian.

Lebih lanjut Prof. Sri menjelaskan, untuk itu, tindakan pencegahan yang terintegrasi sangat diperlukan untuk melawan DBD, seperti melalui pengendalian vektor. Selain itu, kita juga perlu untuk mencegah infeksi dan melakukan upaya untuk mengurangi keparahan penyakit apabila sampai terjangkit. 

Salah satu inovasi yang saat ini direkomendasikan oleh beberapa organisasi profesi di Indonesia, baik oleh IDAI, PAPDI, maupun PERDOKI adalah melalui program vaksinasi. Dalam tatalaksana DBD yang diterbitkan UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI tahun 2023 juga disebutkan bahwa pasien setelah terinfeksi dan rawat inap akibat dengue dapat diberikan vaksinasi 1-3 bulan kemudian. 

Baca Juga: Klaim Demi Cegah Kasus DBD di Jakarta, Dinkes DKI Mau Sebar Nyamuk Wolbachia

"Dengan meningkatkan kekebalan masyarakat, akan sangat membantu menurunkan tingkat keparahan serta risiko kematian akibat DBD," ucap dia.

Prof. Sri menambahkan bahwa baru-baru ini WHO telah mengeluarkan rekomendasi untuk mengenalkan inovasi vaksinasi dengue bagi negara atau wilayah dengan intensitas penyebaran DBD yang tinggi ke dalam program imunisasi nasional.

Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta, Prof. Dr. dr. Rismala Dewi, Sp.A(K), menuturkan jika IDAI, merekomendasikan imunisasi DBD kepada anak-anak usia 6-18 tahun. 

Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan perlindungan optimal kepada anak-anak, yang merupakan kelompok paling rentan terhadap infeksi dengue, tetapi juga untuk secara signifikan mengurangi risiko kematian akibat penyakit ini. 

Untuk mencapai tujuan ‘Nol Kematian Akibat Dengue pada tahun 2030’, Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, mengungkapkan jika pihaknya berupaya menciptakan akses terhadap vaksin inovatif, bagi masyarakat luas melalui kerja sama dengan tenaga kesehatan serta institusi terkait. 

"Kami juga membantu membuka jalan menuju program imunisasi nasional di masa yang akan datang. Selain itu, kami mendukung edukasi pada tenaga kesehatan sebagai garda terdepan dalam hal pencegahan, deteksi, dan penanganan DBD," tutup dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI