Selain 3M Plus, Apa Lagi Upaya Atasi Lonjakan Kasus DBD?

Dinda Rachmawati Suara.Com
Jum'at, 21 Juni 2024 | 19:41 WIB
Selain 3M Plus, Apa Lagi Upaya Atasi Lonjakan Kasus DBD?
Ilustrasi nyamuk demam berdarah dengue (DBD) (Pexels/Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyakit dengue atau DBD merupakan ancaman yang akan ada terus-menerus, terlepas dari musim penghujan atau bukan. Semua orang bisa terkena DBD tanpa memandang usia, di mana mereka tinggal, bahkan bagaimana pun gaya hidupnya. 

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI sampai dengan 5 Mei 2024, terdapat 91.269 kasus DBD di Indonesia dengan kematian sebanyak 641 kasus. Angka ini naik tiga kali lipat dari periode yang sama di tahun 2023 yaitu 28.579 kasus dengan kematian sebanyak 209.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Direktorat Jenderal P2P, Kementerian Kesehatan RI, dr. Imran Pambudi, MPPH, mengatakan berbagai cara telah dilakukan pihaknya demi memberantas DBD.

Mulai dari penerapan Gerakan 3M Plus yang berkesinambungan, yang sudah dilakukan selama lebih dari satu dekade; Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), yang telah terbukti membantu menekan kasus DBD di banyak daerah; serta teknologi nyamuk ber-Wolbachia yang telah diimplementasikan beberapa waktu lalu. 

Baca Juga: Saking Cintanya, Ruben Onsu Ogah Beri Tahu Sarwendah Soal Penyakitnya: Takut Khawatir

"Namun demikian, kasus dengue yang meningkat sangat signifikan di awal tahun ini, menjadi alarm bagi kita semua untuk dapat mencari solusi inovatif yang dapat melengkapi upaya-upaya tersebut," kata dia dalam siaran pers yang Suara.com terima baru-baru ini.

Dalam rangka ASEAN Dengue Day (ADD) 2024 PT Takeda Innovative Medicines ikut berkontribusi dalam memerangi DBD di Indonesia. Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht mengungkapkan bahwa menangani penyakit endemik seperti DBD memerlukan sinergi yang kuat antar pemerintah, sektor swasta, industri, dan masyarakat. 

Salah satu yang sedang dipertimbangkan adalah dengan mengenalkan vaksin, khususnya di daerah-daerah dengan intensitas DBD tinggi. Menurut Andreas, perlindungan diri yang komprehesif menjadi penting untuk dapat terhindar dari beban penyakit tersebut. 

"Untuk itu, kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mengambil langkah proaktif dengan menerapkan gerakan 3M Plus secara konsisten dan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang intervensi inovatif pencegahan salah satunya melalui vaksinasi. Mari Bersama-sama kita ciptakan lingkungan yang aman dari DBD bagi diri sendiri, anak-anak kita, keluarga kita, dan negara kita," kata Andreas.

Dalam rangka memperingati ADD tahun 2024, Kementerian Kesehatan menyelenggarakan serangkaian kegiatan seperti media dan blogger gathering yang dilakukan pada tanggal 13 Juni 2024 di Jakarta, serta seminar awam pada tanggal 27 Juni 2024 di Batam.

Baca Juga: Cepat dan Responsif, Aplikasi Ini Bisa Jadi Solusi bagi Masyarakat yang Berada dalam Keadaan Darurat

Seperti diketahui, beban yang ditimbulkan oleh penyakit DBD begitu besar, baik secara finansial, maupun non-finansial. Bagi seorang individu dan keluarga, DBD meningkatkan kekhawatiran. 

Apalagi penyakit ini mengancam jiwa dan sampai saat ini masih belum ada obat khusus untuk mengobatinya. Tidak hanya itu, biaya pengobatan untuk DBD juga tidak sedikit, dan biasanya memerlukan waktu 7-14 hari untuk perawatan dan pemulihan, sehingga dapat menyebabkan seseorang kehilangan produktivitasnya. 

Hal ini turut berdampak pada industri atau perusahaan yang juga akan mengalami penurunan produktivitas dan peningkatan beban biaya yang cukup tinggi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI