Penduduk Indonesia Paling Banyak Mengonsumsi Mikroplastik di Dunia Hingga 15 Gram Perbulan, Ketahui Dampak Kesehatannya

Dinda Rachmawati Suara.Com
Kamis, 20 Juni 2024 | 08:44 WIB
Penduduk Indonesia Paling Banyak Mengonsumsi Mikroplastik di Dunia Hingga 15 Gram Perbulan, Ketahui Dampak Kesehatannya
Ilustrasi Mikroplastik. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah studi baru menyoroti negara-negara di dunia yang penduduknya paling banyak mengonsumsi mikroplastik, dan Indonesia menduduki peringkat teratas.

Mikroplastik adalah partikel plastik kecil, masing-masing berukuran kurang dari 5 milimeter, yang telah menyusup ke lautan, tanah, dan bahkan udara yang kita hirup. Kehadiran mikroplastik ada di mana-mana menimbulkan risiko lingkungan dan kesehatan yang parah.

Dalam studi ini, dikutip The Star, para ilmuwan dari Cornell University di Amerika Serikat telah memetakan penyerapan mikroplastik oleh manusia, menunjukkan negara-negara di mana masyarakatnya tanpa sadar memakan dan menghirup partikel mikroplastik paling banyak.

Studi mereka mencakup 109 negara dari tahun 1990 hingga 2018, dan berfokus pada garis pantai utama dunia yang terkena dampak polusi plastik.

Baca Juga: Klinik Surgero Perluas Layanan Unggulan Sunat dan Wasir untuk Masyarakat Tangerang

Para peneliti mengumpulkan data konsentrasi mikroplastik pada kelompok makanan seperti buah-buahan, sayuran, protein, sereal, produk susu, minuman, gula, garam, dan rempah-rempah.

Beberapa kriteria dipertimbangkan untuk menilai risiko, termasuk kebiasaan konsumsi penduduk setempat dan teknologi pengolahan makanan.

Dalam hal penyerapan makanan, peringkat teratas adalah Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat Indonesia mengonsumsi sekitar 15 gram mikroplastik per bulan.

Mayoritas Mikroplatik Didapat dari Makanan Laut

Mayoritas partikel plastik tersebut berasal dari sumber perairan seperti makanan laut. Asupan makanan laut dalam jumlah besar di Indonesia memainkan peran penting dalam tingginya konsumsi mikroplastik. 

Baca Juga: Usir Flu dan Pilek! 9 Makanan Ini Bikin Tubuh Kebal Saat Musim Hujan

Mikroplastik, yang lazim ditemukan di sumber air, berdampak langsung pada makanan laut, menjadikannya sumber utama konsumsi.

Dibandingkan dengan konsumsi mikroplastik di Indonesia sebesar 15 gram per bulan, perkiraan Amerika Serikat jauh lebih rendah yaitu 2,4 gram. Sebaliknya, Paraguay, adalah negara dengan asupan mikroplastik terendah yakni sebesar 0,85 gram.

"Industrialisasi di negara berkembang, khususnya di Asia Timur dan Selatan, telah menyebabkan peningkatan konsumsi bahan plastik, timbulan sampah, dan serapan mikroplastik oleh manusia," kata rekan penulis studi, Profesor Dr You Fengqi dalam sebuah pernyataan di kutip Medical Channel Asia.

"Sebaliknya, negara-negara industri mengalami tren sebaliknya, didukung oleh sumber daya ekonomi yang lebih besar untuk mengurangi dan menghilangkan sampah plastik," kata rekan penulis studi, Profesor Dr You Fengqi dalam sebuah pernyataan.

Dampak Kesehatan Pada Masyarakat

Perbedaan ini menunjukkan betapa parahnya kontaminasi mikroplastik di Indonesia, sehingga menunjukkan adanya perbedaan besar dalam tingkat paparan. 

Temuan ini tidak hanya menyoroti besarnya polusi plastik namun juga menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk mengatasi dampaknya yang luas terhadap kesehatan masyarakat. Mikroplastik, yang tersebar luas di lingkungan kita, menimbulkan ancaman besar bagi ekosistem darat dan perairan.

Ketika partikel-partikel kecil ini menyusup ke dalam rantai makanan, potensi risiko kesehatannya terhadap manusia menjadi semakin memprihatinkan. 

Masalah pernapasan, masalah pencernaan, dan bioakumulasi zat beracun merupakan beberapa bahaya kesehatan yang terkait dengan paparan mikroplastik. Berikut daftar risiko kesehatan yang terkait dengan konsumsi mikroplastik:

  • Kontaminan Kimia

Mikroplastik dapat menyerap dan membawa bahan kimia beracun seperti pestisida, logam berat, dan poliklorinasi bifenil (PCB), yang kemudian dapat dilepaskan ke dalam tubuh.

Banyak plastik mengandung bahan kimia seperti bisphenol A (BPA) dan ftalat, yang dapat mengganggu sistem endokrin dan menyebabkan ketidakseimbangan hormon.

  • Kerusakan Fisik

Partikel mikroplastik yang tajam secara fisik dapat merusak jaringan dan organ saat melewati sistem pencernaan. Kehadiran partikel asing di dalam tubuh juga dapat memicu respons peradangan yang berpotensi menyebabkan peradangan kronis.

  • Dampak Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem kekebalan tubuh dapat mengenali mikroplastik sebagai benda asing, yang menyebabkan respons kekebalan yang dapat merusak jaringan sehat.

Paparan mikroplastik secara kronis juga dapat menekan sistem kekebalan tubuh, membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.

  • Masalah Gastrointestinal

Akumulasi mikroplastik di saluran pencernaan berpotensi menyebabkan penyumbatan, menyebabkan ketidaknyamanan, nyeri, dan masalah pencernaan.

Mikroplastik dapat mengganggu keseimbangan mikrobiota usus, yang penting untuk pencernaan dan kesehatan secara keseluruhan.

  • Kesehatan Reproduksi

Beberapa bahan kimia yang terkait dengan mikroplastik diketahui mempengaruhi kesehatan reproduksi, berpotensi menyebabkan masalah kesuburan dan masalah perkembangan pada keturunannya.

  • Efek Karsinogenik

Paparan jangka panjang terhadap bahan kimia tertentu yang ditemukan dalam plastik, seperti BPA dan ftalat, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker.

  • Efek Neurologis

Mikroplastik dapat membawa zat neurotoksik, yang dapat mempengaruhi fungsi otak dan menyebabkan gangguan neurologis.

  • Dampak Kardiovaskular

Bahan kimia seperti BPA telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk hipertensi dan aterosklerosis.

  • Masalah Pernafasan

Mikroplastik yang terhirup dapat menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan, yang berpotensi menyebabkan kondisi seperti asma atau bronkitis.

  • Kerusakan Organ

Penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik dapat terakumulasi di berbagai organ, berpotensi menyebabkan kerusakan jangka panjang dan gangguan fungsi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI